25 radar bogor

Kang Uu Komitmen Kembalikan Lakbok sebagai Lumbung Padi

Kang UU Ruhzanul Ulum saat meninjau persawahan di Ciamis

CIAMIS-RADAR BOGOR,Petani di Kecamatan Lakbok dan Purwadadi, Kabupaten Ciamis, mengeluhkan kondisi lahan pertanian di dua kawasan tersebut lantaran kerap dilanda genangan air bahkan banjir. Berdasarkan penuturan warga, genangan telah mematikan aktivitas pertanian selama setidaknya tujuh tahun belakangan.

Luas areal sawah yang teren­dam, kata salah seorang petani, Masman (58), mencapai lebih dari 400 hektare. Genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun ini disebabkan minimnya saluran air yag melintasi sawah dan perkampungan warga. Terdapat sedikitnya 12 aliran sungai, termasuk Sungai Citan­duy, yang melintas. Selain mem­benamkan sawah, air terse­but juga tak jarang melim­pas ke dalam pemukiman.

”Kalau ada hujan besar, atau air kiriman, pasti banjir ke rumah warga juga. Di sini saluran air cuma ada satu. Kalau dibuat lagi, mudah-mu­dahan genangannya bisa lebih cepat surut, syukur-syukur bisa bertani seperti di daerah lain,” kata Masman saat dijumpai di Lakbok, Senin (28/5).

Pria yang juga ketua RT 25, RW 04, Kampung Karangaanyar, Desa Suakmulya, Kecamatan Lakbok, ini mengatakan, banyak warga yang beralih profesi menjadi kuli bangunan dan pekerja serabutan lantaran dipaksa situasi. Padahal, ujar Masman, Lakbok sempat punya reputasi sebagai salah satu lumbung alias penghasil padi di Kabupaten Ciamis.

Menyikapi ini, calon wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 1, Uu Ruzhanul Ulum me­ngatakan, jika dirinya berambisi mengembalikan status Lakbok dan Purwadadi sebagai salah satu lumbung padi. Di samping untuk menam­bah pasokan, ujar Uu, hal tersebut dilakukan sebagi bentuk penghormatan terhadap leluhur.

Leluhur yang dimaksud poli­tisi Partai Persatuan Pem­bangunan ini merujuk pada salah satu Bupati Tasikma­laya generasi pertama, Raden Tume­ng­­gung Wiratanuningrat. Sosok asal Sukapura ini masih me­miliki hubungan darah dengan Uu yang juga dua kali menjabat sebagai bupati Tasik. Wiratanuningrat merupakan peletak dasar yang membangun konsep Lakbok sebagai kawasan pertanian padi.

”Salah satu hormat kepada leluhur adalah di samping tidak memutuskan silaturahmi, juga meneruskan niat baik leluhur kita tentang menciptakan dan menjaga ketahanan pangan hingga berkelanjutan. Kami pribadi punya hubungan emosianal dengan masyarakat Lakbok dan Purwadadi. Kami punya sanak saudara, keluarga di sana,” katanya.

”Ini meneruskan bir al wa­lidain, hormat dan mencintai leluhur. Mungkin orang lain tidak akan peduli karena mereka hanya akan melakukan apa yang mereka kekerjaan, kalau kami ingin membereskan Lakbok ini bukan cuma karena pekerjaan, tapi karena Lakbok itu juga punya sejarah yang terikat dengan kami,” dia melanjutkan.

Soal banjir yang kerap terjadi di Lakbok, Uu mengatakan hal tersebut harus ditangani oleh pemerintah tingkat provinsi. Sebabnya, banjir yang mengge­na­ng tak cuma terjadi di kawa­san Ciamis, juga melintas hingga Kabuapten Pangandaran.

”Tentang bagaimana teknisnya akan dilakukan, itu juga akan dipikirkan. Yang penting, itu akan sulit kalau ditangani oleh bupati, karena melibatkan dua daearah. Maka banjir ini, pena­nganannya jadi kewenangan provinsi,” ujar dia.

Lebih lanjut, Uu menyebut jika dirinya juga bakal mendorong Lakbok dan Purwadadi mengembangkan kualitas komoditas pertanian mereka seperti yang ada di Kabupaten Tasikmalaya. Di daerah yang disebut terakhir, Uu mengklaim hasil panen padi mereka telah diekspor memenuhi permintaan dari lima benua.

”Kami juga sudah komitmen untuk menahan pertumbuhan industri manufaktur di Jawa Barat bagian selatan-timur. Kami sudah merancang kawa­san pariwisata dan pertanian karena memang cocoknya seperti itu. Sudah banyak lahan pertanian kita yang hilang. Kalau hilang semua, tidak akan ada yang bisa lagi dimakan,” kata dia.(*)