25 radar bogor

Melihat Tradisi Unik Sahur Keliling di Tegallega

SEMANGAT: Para pemuda dan anak-anak Tegallega semangat membangunkan warga sahur dengan alat musik.
SEMANGAT: Para pemuda dan anak-anak Tegallega semangat membangunkan warga sahur dengan alat musik.
BOGOR-RADAR BOGOR,Tradisi membangunkan sahur di bulan Ramadan masih menjadi ciri khas masyarakat Kota Bogor. Beragam cara pun dilakukan untuk membangunkan masyarakat. Mulai dari memukul beduk, ember, atau berteriak “sahur” sekencang-kencangnya.
Namun, ada yang berbeda dengan tradisi membangunkan sahur di Tegallega. Dari tahun ke tahun, warga  dibangunkan dengan lantunan alat musik.
Langit masih gelap. Jarum jam menunjukkan pukul 01.50. Namun, anak-anak sudah memenuhi masjid di bilangan Tegalega dini hari kemarin (29/5). Dimotori remaja Tegallega; Angga, Robi, Roni Putra, Imam, dan Faisal, mereka memulai sahur keliling. Ada yang bertugas memainkan gendang, meniup pianika, dan bermain gitar. Mereka semua bernyanyi, mirip lagu nasyid.
Para pemuda ini lantas berjalan menyusuri gang-gang, sambil menenteng ember untuk tempat sumbangan.
Awalnya, dulu tidak ada tradisi memberi makanan atau uang. Tapi sejak menggunakan musik ini, kaum ibu pun tergugah untuk mem­berikan sumbangan. Apalagi, yang dinyanyikan adalah lagu marawis dan nasyid.
“Ya, ini udah dari dulu. Cuma sudah tiga tahun ini pakai alat musik,” kata Angga ditemui Radar Bogor di Gang Hisbullah III, RT 04/01, Tegallega. Menurut Angga, yang mereka lakukan sudah turun-menurun. Dari mulai pamannya, sampai dirinya saat ini.
Warga Tegallega lain, Risna (29), mengaku senang dengan aksi remaja yang rata-rata masih usia 17 tahun ini.
“Ini ngebantu banget, pagi-pagi sudah bangun. Anak saya suka senang kalau dibangunin sahur dengan cara ini.  Jadi hiburan dulu,” akunya.
Senada diungkapkan tokoh masyarakat Tegallega, Dany. Dia mengaku senang dengan ide kreativitas pemuda di wilayahnya. Syair lagu yang bagus membuat warga terutama kaum ibu merasa senang.
Aksi pemuda ini juga ditang­gapi positif Lurah  Tegallega Ervin Yullianto. Menurutnya, selain kreatif dengan alat musik, remaja-remaja tersebut piawai memain­kan tempo irama. Selain menjadi ladang amal, juga bisa menjadi ajang kreativitas remaja masjid.
“Musiknya juga tidak terlalu cepat dan berisik, pas untuk warga bangunin sahur.  Mudah-mudahan berlanjut sampai puasa berakhir,” akunya.

(don/c)