25 radar bogor

Mengikuti Diskusi Kopel di Bogor

DISKUSI: Direktur Kopel Indonesia Syamsuddin Alimsyah saat memberikan pemaparan kepada guru serta mahasiswa di Cafe Eat and Play Semplak, Kota Bogor, kemarin (27/5).
DISKUSI: Direktur Kopel Indonesia Syamsuddin Alimsyah saat memberikan pemaparan kepada guru serta mahasiswa di Cafe Eat and Play Semplak, Kota Bogor, kemarin (27/5).

BOGOR-RADAR BOGOR,Komite Pemantau Legislatif (Kopel) Indonesia mengajak masyarakat agar menjadi pemilih kritis untuk menentukan pimpinan di Bumi Tegar Beriman.

Direktur Kopel Indonesia Syamsuddin Alimsyah mengatakan, untuk menjadi pemilih kritis harus paham mengenai dua hal, yakni memperlajari visi dan misi pasangan calon (paslon) kepala daerah dan bagaimana rekam jejaknya.

Apalagi di Kabupaten Bogor isu yang paling seksi adalah masalah pendidikan. Mulai dari infrastruktur yang parah hingga tenaga guru honorer yang masih mendominasi.

”Setiap pemilu atau pilkada isu pendidikan selalu menarik dan utama, makanya apakah paslon benar-benar peduli terhadap dunia pendidikan atau tidak,” cetusnya.

Lanjut dia, pemilih juga harus kritisi mulai dari visi-misi serta kerasionalitasannya hingga rekam jejak calon seperti apa.

”Jangan sampai janjinya tidak rasional,” ujarnya kepada Radar Bogor usai memberikan sosialisasi pemilih kritis dengan mengundang beberapa guru se-Kabupaten Bogor serta mahasiswa di Cafe Eat and Play Semplak Kota Bogor, kemarin (27/5).

Syam menilai komitmen terhadap dunia pendidikan tidak lahir tiba-tiba. Tetapi lahir pula dari rekam jejak calon. Karena itu, masalah pendidikan di Bumi Tegar Beriman yang masih belum tuntas, bahkan masih banyak yang belum tersentuh tangan pemerintah, harus segera dijawab. Salah satunya pada momentum pilkada ini.

”Masyarakat kan akan menggunakan hak pilihnya, bagaimana agar menggunakannya maka harus mengenali siapa calonnya, jika terpilih mau apa dan apakah persoalan masyarakat bisa terjawab atau tidak,” katanya.

Menurutnya, pemilu merupakan alat bukan tujuan. Negara memilihnya untuk melahirkan pemimpin yang benar-benar terkualifikasi.

Karena itu aktor utamanya bukan hanya pemimpin tetapi juga pemilih. Caranya pemimpin harus cerdas, kritis dan tidak boleh ada money politic.

”Kalau dia goyah karena uang atau pemberian sembako, maka ribuan kelas ambruk tidak akan diperbaiki,” tegasnya.

Salah seorang peserta, Iin Umriani berharap, dengan terpilihnya pemimpin yang benar-benar memperjuangkan hak masyarakat, bisa diwujudkan oleh pemerintahan baru siapa pun pemimpinnya. Ia yang juga guru SDN Ciluer 2 Sukaraja ini menegaskan bahwa masih banyak sarana dan prasarana pendidikan yang harus segera diperbaiki.

”Sampai saat ini saya belum menemukan (calon) yang benar-benar dia mau memajukan pendidikan, yang menciptakan sekolah aman dan nyaman untuk anak-anak,” pungkasnya.(gal/c)