25 radar bogor

Pondok Pesantren Hidayatullah, Enam Bulan HaFal 30 Juz

SETOR: Para santri akselerasi tahfiz tengah menyetorkan hafalannya setelah salat Zuhur.
SETOR: Para santri akselerasi tahfiz tengah menyetorkan hafalannya setelah salat Zuhur.

Pesantren Hidayatullah memang baru tiga tahun berdiri. Namun siapa sangka, pesantren ini sudah mampu membuka kelas akselerasi tahfiz Alquran yang menargetkan santri binaannya selesai menghafal 30 juz dalam kurun waktu hanya enam bulan.

PIMPINAN pesantren Hidayatullah, Ustaz Ahmad Hanafi Usman (34) mengatakan, itu bukanlah hal yang mustahil untuk pesantren yang tengah dibinanya. Kepada Radar Bogor, ia menceritakan awal mula keberaniannya membuka kelas akselerasi bimbingan tahfiz intens.

”Ini berawal dari kesedihan kami melihat fenomena bangsa Indonesia yang mayoritas muslim, tapi banyak anak-anak dan orang tua yang tidak bisa baca Alquran.

Sehingga, kami ingin membuat konsep dan metode, bagaimana caranya agar enam bulan di sini anak-anak bukan lagi bisa membaca Quran, tapi mampu menghafalnya dalam tenggat waktu enam bulan saja,” ujar pria asal Lhoskeumawe, Aceh itu.

Keinginan Hanafi pun mulai menunjuk­kan buah manis. Beberapa santri yang ia bina, dalam kurun waktu tiga bulan mampu menghafal sampai 21 juz secara intens. Bahkan, ada santri asuhannya sempat menyabet juara lomba kori dan tahfiz nasional, belum lama ini.

”Metode yang kami gunakan adalah konsisten menghafal. Kami pecah waktu hafalan dalam tujuh waktu penyetoran. Dari jam dua malam, bakda Subuh, pukul 9 pagi, bakda Zuhur, bakda Ashar, bakda Magrib, dan bakda Isya,” sambungnya.

Dengan transformasi waktu tersebut, lanjut Hanafi, para santri mampu menghafal 2,5 lembar setiap harinya. Jumlah itu setara dengan lima halaman mushaf setiap hari. Asumsinya, kata dia, di setiap waktu-waktu setoran, para santri harus mampu menyetorkan hafalannya minimal satu halaman.

”Dengan format seperti ini, kami yakinkan dalam waktu tiga bulan para santri telah menggenapkan hafalannya 30 juz. Setelah menjadi hafiz, kami tidak lepas begitu saja.

Mereka kami programkan untuk pe-mutqin-an hafalan dengan metode muroja`ah. Mutqin itu seperti pelengketan hafalan biar tidak lupa. Kami ingin pastikan hafalan mereka benar-benar melekat dan tidak akan lupa,” ungkap pria kelahiran 9 Agustus 1984 ini.

Di sisi lain, salah satu pembimbing tahfiz Ustaz Khoirus Sholeh mengaku, tak pernah bosan menggembleng hafalan para santri selama 24 jam. Ia menjelaskan, motivasi untuk menghafal Alquran adalah ingin menjadikan orang-orang terbaik di sisi Allah SWT.

”Lihat, malaikat Jibril, kenapa ia disebut malaikat terbaik? Karena melalui perantaranya wahyu Allah disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Ia disebut malaikat terbaik, karena bersentuhan dengan Alquran,” ujarnya memberikan petuah.

Nabi Muhammad SAW pun, lanjut Sholeh, dijuluki Nabi terbaik lantaran Alquran diturunkan kepadanya. Hanya kepada Nabi Muhammad SAW Alquran diturunkan, sehingga ia merupakan nabi dan rasul terbaik di antara yang lainnya.

”Dan Ramadan disebut bulan terbaik di antara bulan-bulan yang lain, itu karena pada bulan tersebut Alquran diturunkan. Ini pun jadi ibroh atau pelajaran untuk kita, jika ingin jadi umat dan hamba terbaik, dekat-dekatl­ah dengan Alquran.

Jadikan ia teman. Sering dibaca, dihafal, dipe­lajari, lalu diamalkan dalam keseharian. Insya Allah kita jadi hamba terbaik di sisi-Nya,” pungkas pria asal Jakarta itu. (cr3/c)