SUKAMAKMUR–RADAR BOGOR,Polsek Sukamakmur adakan giat tarawih keliling (tarling) di Masjid Jami Annur, Kampung Cisurian, Desa Sukamakmur, kemarin (24/5).
Dalam sambutannya, Kapolsek Sukamakmur Iptu Hendra Kurnia mengajak warga perang melawan teroris. Perang yang dimaksud adalah dengan meyakini bahwa idiologi Pancasila tak boleh ditawar lagi. Sebab, buah gagasan para pendiri bangsa tersebut telah terbukti mempersatukan aneka ragam suku, budaya, dan agama hingga dapat berdampingan secara rukun.
”Bukan saja negarawan yang menggagas (Pancasila, red) para ulama kita juga lebih dulu melakukan tirakat dan ritual puasa untuk menetapkan idiologi bangsa ini. Dan terbukti, hinga saat ini kita bisa hidup rukun mesti berbeda suku dan agama,” tegasnya.
Dalam acara itu, kapolsek menerangkan jika paham intoleran, seperti JAT, JAI maupun ISIS yang kini tengah ”didagangkan” kepada para pelajar dan pemuda tidak akan berpengaruh ketika para generasi bangsa sadar akan sejarah dan falsafah Kebinekaan. Terlebih lagi, para penganut radikalisme itu dipastikan berbenturan dengan tembok besar bernama budaya.
”Kebanyakan warga kita adalah muslim yang toleran. Karenanya, budaya santun, ramah serta tak memandang rendah suku lain akan tetap kokoh dan tidak akan bisa ditembus,” pungkasnya.
Lebih lanjut ia menerangkan, deradikalisasi adalah sebuah strategi kepolisian berupa serangkaian tindakan untuk melemahkan paham radikal yang ditularkan
oleh organisasi radikal maupun sejenisnya.
”Jika awalnya pelajar telah terpengaruh ISIS hingga merubah sikap serta cara pandangnya, dengan deradikalisasi, sifat keras itu bisa menjadi lunak dan toleran,” tuturnya.
Dengan kata lain, sambung dia, upaya untuk melawan terorisme dengan menggunakan pendekatan yang lembut dipandang lebih efektif. Lantaran, cara ‘Barbar’ atau kasar justru mereduksi dan menghabisi seluruh potensi yang mengarah pada tindakan ”terorisme”.(*/pem)