25 radar bogor

Misteri Pembunuh Bocah Tewas dalam Karung Terkuak, Pelaku Baru Lulus SMP!

BOGOR–RADAR BOGOR,Kasus pembunuhan sadis terhadap balita asal Nanggewer, Cibinong, menemui titik terang. Grace Gabriela Bimusu (5) yang ditemukan tewas terbungkus karung plastik di sekitar rumahnya, pada awal Mei (5/1) lalu, diduga menjadi korban keganasan tetangganya sendiri, R.

Tersangka berusia 15 tahun dan baru saja lulus SMP. Kasus ini sempat menjadi perhatian publik. Bahkan, Wakapolri Komjen Syafruddin memberikan atensi khusus kepada Polres Bogor agar dapat segera mengungkap siapa pembunuh keji Grace.

Mendapat tekanan dari berbagai pihak, akhirnya Polres Bogor berhasil mengungkap identitas pembunuh Grace walaupun membutuhkan waktu tiga minggu.

Sempat Hilang, Bocah 5 Tahun Ditemukan Tewas dalam Karung di Perumahan Bogor Asri

Usai menetapkan R sebagai tersangka, kemarin polisi menggelar rekonstruksi pembunuhan. Sejak pukul 11.00 WIB, puluhan personel bersenjata lengkap disiagakan. Sejumlah area yang jadi titik reka ulang di Perumahan Bogor Asri, RT 06/11, Kelurahan Nanggewer disterilkan.

Sempat Beli Es Krim, Begini Kronologis Ditemukannya Bocah 5 Tahun yang Tewas Dalam Karung

Warga dan awak media dilarang untuk mendekat dan mengambil gambar.

Kericuhan terjadi ketika polisi menurunkan R (15) yang diduga sebagai pembunuh Grace dari mobil. Dengan penjagaan ketat, R yang mengenakan kaos berwarna orange, lengkap dengan masker berwarna hitam mendatangi lokasi dirinya menghabisi nyawa Grace, yakni di kediamannya sendiri yang hanya terpisahkan lima rumah dari tempat tinggal Grace.

Berkat Petunjuk dari Mimpi Ibunya, Sandal Bocah yang Tewas dalam Karung Ditemukan

Polisi pun sempat melancarkan tembakan ke udara. Setelahnya, rekonstruksi pun kembali dilanjutkan dan selesai sekitar pukul 13.00. Seperti diketahui Grace ditemukan tewas pada Selasa (1/5) dini hari di area perkebunan dekat kediamannya. Namun, Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Bimantoro Kurniawan enggan berkomentar terhadap kasus ini. “Besok (hari ini,red) saja, sama Kapolres ya,” singkatnya.

Kecurigaan polisi terhadap R, sejatinya setali tiga uang dengan warga sekitar. Itu setelah polisi menginterogasi sejumlah saksi. Ketua RT 06, Joko Bandung mengatakan, Selasa (22/5) malam dirinya sempat ikut dimintai keterangan oleh pihak kepolisian hingga Rabu (23/5) pukul 01.00. “R sempat dibawa pulang ke rumahnya sekitar pukul 02.00, tapi langsung dibawa lagi ke Mapolres Bogor,” ungkapnya.

Saat kejadian hilangnya Grace, Joko mengatakan, R menurut keterangan warga sedang bermain Play Station, tak jauh dari kediamannya. “Pelaku ini sempat keluar masuk rental tiga kali,” bebernya.

Masih di lokasi yang sama, Ketua Tim Advokasi Keluarga Grace, Tobbyas Ndiwa menambahkan, berdasarkan keterangan dari pihak kepolisian sementara pelaku pembunuhan Grace masih satu orang. Tetapi, kata dia, jika dilihat dari jeda waktu dan hari kejadian saat Grace meninggal ada pihak lain yang terlibat.

Terlebih saat kejadian, sambung Tobbyas, satu komplek lingkungan rumah Grace mencari hingga ke belakang dan kebun pisang. Namun setelah habis Maghrib, kuat dugaan pelaku membuang mayat Grace. “Enggak mungkin anak seusia segini masuk ke kebon sendirian, tempatnya serem begini. Saya saja yang orang dewasa, mikir-mikir kalau malam. Itu kecurigaan kedua kami,” jelasnya.

Karena itu, pihaknya meminta kepada Polres Bogor jangan menganggap bahwa kasus ini perbuatan tunggal. Menyoal adanya dugaan pelecehan seksual yang terjadi pada Grace, Tobbyas mengaku, pihaknya tidak mau mendahului pihak kepolisian. “Ada tidaknya pelecehan seksual ini mungkin nanti akan terbukti saat masuk materi perkara, ke pengadilan,” katanya.

Usai rekonstruksi, kepada Radar Bogor, ayah Grace Jemi Ananias Bimusu (36) mengatakan, secara pribadi mengenal keluarga R termasuk orang tuanya. Namun, sejak anaknya ditemukan tewas terlihat perilaku keseharian R mulai berubah. “Saya dari awal memang sudah yakin sekali dia pelakunya,” ungkap dia.

Lebih lanjut ia mengatakan, ada beberapa barang bukti yakni penemuan sandal anaknya tepat di belakang rumah R yang awalnya juga sempat dimimpikan istrinya. “Istri saya mimpi kalau mereka (keluarga pelaku,red) itu selfie bareng, tiba-tiba anak saya nongol di tengah-tengah,” ucapnya.

Jemi mengaku, dirinya tidak begitu sering berkomunikasi dengan R termasuk keluarganya. Hanya sesekali saling sapa, saat lewat di depan rumah.

Menurutnya, tidak mungkin R yang terbilang masih kecil bekerja sendiri pasti ada yang membantu entah itu membuangnya atau menghilangkan barang bukti. Soal motif apakah karena dendam, kata dia, memang ibunda Grace pernah melaporkan kepada soal perilaku R kepada ibunya yang melakukan tindakan kekerasan. “Jadi seolah-olah itu motifnya balas dendam. Mungkin akal-akal dia saja, soalnya anaknya ini pintar sekali untuk melakukan suatu, kata-kata yang mengarang,” tegasnya.

Sementara itu, saat rekonstruksi berlangsung dirinya kecewa karena tidak diperbolehkan menyaksikan. “Ingin tahu motifnya dan proses pembunuhan ini seperti apa,” ungkap Jemi.

Psikolog Rumah Cinta, Retno Lelyani mengatakan, tindakan R terjadi akibat dua faktor. Pertama, ketergantungan terhadap suatu hal seperti menonton video porno atau bermain game dan mempraktekannya atau disebut maniak.

Menurutnya, maniak suatu kondisi dimana seseorang menyukai sesuatu secara berlebihan dan bisa nekat demi mendapatkan apa yang disukai. “Terlebih, pada saat puber anak-anak pria, hormonnya tinggi. Ketika ada simulasi tontonan pemicu seperti pornografi itu menjadi pemicu tertinggi. Jika terus menerus, anak ini akan mencari korban untuk melepaskan imajinasi dan hasaratnya tersebut,” tambahnya.

Sedangkan untuk tindakan kriminal pembunuhan yang dilakukan itu bisa dipicu oleh rasa takut yang berlebihan. “Di sini ada jeda. Usai pelaku melakukan perbuatan kriminal yang pertama, ia merasa takut dan panik lalu melakukan tindak kriminal keduanya,” pungkasnya

(wil/all/d)