25 radar bogor

Ngaku Bawa Bom di Bandara, Dua Anggota DPRD Ini Diringkus Petugas

Salah satu anggota DPRD Banyuwangi digiring petugas setelah mengaku membawa bom di tasnya saat berada di bandara.

BANYUWANGI – RADAR BOGOR, Dua anggota DPRD ngaku bawa bom di bandara langsung ditangkap. Keduanya berurusan dengan petugas polisi. Dua anggota DPRD Banyuwangi itu tertunduk lesu saat digiring menuju ruang VIP Bandara Banyuwangi, Rabu (23/5/2018) siang.

Keduanya adalah Basuki Rahmad dan Naufal Badri. Wakil rakyat dari Partai Hanura dan Gerindra itu diamankan karena bercanda soal bom di kawasan Bandara Banyuwangi.

Usai diperiksa pihak bandara, Basuki dan Naufal langsung digelandang ke Mapolres Banyuwangi untuk menjalani serangkaian interogasi.

Naufal yang juga ketua DPC Gerindra tersebut tak bisa mengelak ketika diamankan ke Polres. Demikian halnya dengan Basuki. Pria yang juga ketua DPC Hanura Banyuwangi itu hanya bisa menuruti kemauan aparat Polres Banyuwangi.

Dari bandara ke Polres, keduanya dikawal Kasat Intelkam AKP Amir Mahmud, Kapolsek Rogojampi Kompol Suharyono, serta anggota Reskrim Polres Banyuwangi.

”Keduanya diamankan petugas setelah mengeluarkan candaan mengenai bom saat akan melakukan penerbangan menggunakan Pesawat Garuda GA 265 sekitar pukul 12.45,” ujar petugas Senior Avsec Ikhsan Adi Saputra dalam rilis kepada wartawan.

Dijelaskan, penumpang atas nama Basuki masuk ke lokasi melalui pintu SCP 2 dan dinyatakan bersih saat pemeriksaan. Kemudian yang bersangkutan menghampiri penumpang lainnya yang bernama Marifatul Kamila.

Saat pemeriksaan tas penumpang tersebut, Basuki secara spontan mengatakan isi tas berupa bahan peledak. Pernyataan tersebut diklarifikasi oleh petugas sampai tiga kali dan bahkan Basuki menjawab isi peledak yang dimaksud adalah bom.

Petugas sempat mengingatkan bahwa bercanda mengenai bom dilarang, namun setelah tiga kali dipertegas, Basuki justru malah mengancam petugas dengan ancaman. ”Saya jejek kamu nanti,” ucap Basuki seperti dalam rilis tersebut.

Akibatnya, petugas menahan Basuki di ruang tunggu, namun saat proses boarding dia tetap ikut rombongan sampai di dalam bus yang mengantar ke pesawat. Ketika petugas keamanan airline memintanya keluar dari bus dan kembali ke ruang tunggu, Basuki menolak.

Basuki justru masuk ke dalam kabin pesawat. Ketika akan naik ke pesawat, saat itu Naufal Badri menyatakan kepada pramugari bahwa tas yang dibawanya berisi bom. Kemudian keduanya diminta turun dengan dampingan petugas Avsec dan polisi bandara.

Keduanya pun sempat dimintai keterangan oleh petugas dari Avsec maupun kepolisian di ruang tunggu. Kepada wartawan yang sejak awal menunggu mereka, Basuki dan Naufal menampik informasi yang beredar saat akan dibawa ke Polres Banyuwangi.

Naufal hanya menyebutkan persoalan ini akibat miskomunikasi. ”Miskomunikasi,” ucapnya sembari melenggang menuju mobil.

Secara tidak langsung, politisi Gerindra tersebut menampik dirinya telah mengatakan ada bom dalam barang bawaan mereka.

”Jadi gini ada temanku yang tasnya dibuka lalu digeledah. Apa ada bahan peledaknya. Korek kan bahan peledak, minyak wangi bahan peledak, tanya itu terus saya tinggal. Lha Pak Basuki ditanya, Pak Basukinya nyahuti,” ucapnya.

Sementara itu, Basuki tidak menjawab pertanyaan wartawan. Dia hanya mengatakan tuduhan dirinya mengaku membawa bom tidak benar. ”Nggak bilang gitu saya, nanti-nanti,” kelitnya.

Kapolsek Rogojampi Kompol Suharyono menjelaskan, kejadian ini bermula karena ada ucapan terkait bom oleh salah satu penumpang. ”Intinya ada ucapan bahan peledak atau bom itu saja, yang bilang begitu Pak Basuki,” jelasnya.

Dia menambahkan, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ditemukan adanya bahan peledak atau bom yang dimaksudkan. Namun kedua anggota DPRD tersebut akan menjalani pemeriksaan di Polres. ”Nggak ada (bomnya). Kita periksa di polres,” ujarnya Suharyono.

Manajer Teknis Bandara Banyuwangi Suparman menyebutkan, semua hal yang menyangkut keamanan di bandara atau pun penerbangan sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009.

Mengenai insiden siang kemarin, Suparman menyebutkan semua orang yang dianggap melanggar aturan membahayakan kegiatan penerbangan akan dikenai tindakan sesuai aturan tanpa melihat latar belakang. ”Itu sebuah ancaman Pak, kita tidak boleh ada toleransi,” kata Suparman.

Sesuai dengan ketentuan dan SOP penerbangan, insiden yang terjadi kemarin pihaknya melakukan pemeriksaan. Sebenarnya pemeriksaan ini dilakukan penyidik PNS yang berada di bawah otoritas bandara wilayah 3. Berhubung otoritas yang terdekat berada di Surabaya, maka pemeriksaan diserahkan kepada internal Bandara Banyuwangi. ”Kita sudah bikin BAP kronologis seperti apa,” jelasnya.

Dari pemeriksaan sementara, disimpulkan insiden tersebut merupakan gurauan saja. Namun pihaknya menegaskan tidak menyepelekan kejadian tersebut.

”Sementara itu guyonan. Cuma kita tidak melihat guyonan-nya, kita lihat dampaknya,” uajr Suparman.

Kepala Bandara Banyuwangi Anton Marthalius menambahkan, kasus ini telah dilimpahkan ke pihak kepolisian. Pihak bandara sebenarnya sudah melakukan sosialisasi mengenai aturan termasuk candaan yang dilarang di area bandara atau penerbangan.

”Karena case tersebut sedang didalami oleh pihak kepolisian. Imbauan sudah dilakukan melalui dua digital banner di pintu masuk check in dan Boarding Lounge,” pungkasnya.

Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi menyebutkan, kehadiran Basuki dan Naufal di bandara kemarin diikuti bersama anggota komisi I dan IV DPRD Banyuwangi.

Sedianya mereka hendak bertolak ke Jakarta untuk mengikuti serangkaian kegiatan DPRD. Gara-gara candaan bom ini, Basuki dan Naufal gagal ikut kunker ke Jakarta.

”Ada kegiatan DPRD di Jakarta. Sebenarnya kita berangkat bareng dan Pak Basuki dan Pak Naufal sejak di bandara. Berhubung ada masalah di bandara, Pak Naufal dan Pak Basuki nggak jadi berangkat,” ujar Salimi, anggota DPRD dari PDI Perjuangan yang saat dihubungi Jawa Pos Radar Banyuwangi sudah berada di Jakarta. (sli/aif/c1/ysp)