25 radar bogor

Pindahkan 58 Napiter ke Gunung Sindur, Ini Tujuan Polisi

sofyansyah/radar bogor KETAT: Petugas memeriksa setiap kendaraan yang melintas ke sekitar Lapas Gunungsindur, kemarin.

BOGOR-RADAR BOGOR,Selain untuk memudahkan penyelidikan, pemindahan 58 narapidana teroris dari Lapas Nusakambangan ke Rutan Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat kemarin (20/5), ternyata memiliki tujuan lain.

Diketahui, mereka diduga terlibat dalam penyandraan hingga pembunuhan para anggota Brimob di Rutan Kompleks Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat beberapa waktu.

“Kemarin kan ada 58 dari Nusakambangan ke Sindur, lebih mudahkan (kita) untik cek (penyelidikan). Salah satunya itu dan ada beberapa hal lain,” ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto di kantornya, Senin (21/5).

Setyo juga menjelaskan, penyelidikan masih harus berjalan. Karena tak hanya kepada para napiter namun juga kepada para petugas saat kejadian rusuh di markas pasukan elit polisi itu berlangsung. “Itu masuk dalam substansi pemeriksaan,” tambahnya.

Sekedar informasi, sebelum dibawa ke Gunung Sindur, para tahanan itu sempat mendekam di Lapas Besi, Lapas Batu, dan Lapas Pasir Putih di Pulau Nusakambangan. Pemindahan tersebut dikawal Brimob, Densus, dan BNPT.

Sebelumnya, selama 36 jam sejak Selasa malam(8/5), Polri berupaya untuk meredam situasi di dalam Rutan Cabang Salemba di Kompleks Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Salah seorang polisi bernama Bripka Irwan Sarjana sempat disandera namun akhirnya bisa dibebaskan Kamis dini hari (10/5).

Dia langsung dibawa ke RS Polri. Selain Iwan, delapan anggota juga sempat disandera. Tiga orang diantaranya berhasil lolos sesaat kejadian rusuh di rutan tersebut. Mereka yakni, Briptu Hadinata, Iptu Sulastri dan Brigadir Haris.

Namun sayangnya, lima anggota lainnya gugur dengan cara mengenaskan di tangan para narapidana teroris itu. Diantaranya, Iptu Luar Biasa Anumerta Yudi Denny Siswanto, Aipda Luar Biasa Anumerta Denny Setiadi, Brigadir Luar Biasa Anumerta Fandy Setyo Nugroho, Briptu Luar Biasa Anumerta Syukron Fadhli, dan Briptu Luar Biasa Anumerta Wahyu Catur Pamungkas.

Adapun kerusuhan menurut versi kepolisian dilatar belakangi karena faktor titipan makanan keluarga narapidana yang tidak diberikan petugas.

(dna/JPC)