25 radar bogor

Kurangi Pemadaman, Tim PDKB PLN Perbaiki Tower tanpa Matikan Tegangan

JAGA MOOD: Tim PDKB PLN melakukan persiapan sebelum memanjat tower penghantar Depok-Cibinong 500 kV. Mereka harus benar-benar fokus karena berkaitan dengan keselamatan.

Antaranggota harus bebas permasalahan pribadi sebelum memanjat tower. Tidak boleh egois lantaran ego pribadi dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain. Di atas tower, makanannya pun bukan nasi. Bisa roti atau siomay.

VIRDITA R. RATRIANI, Jakarta

Pagi itu, tepat pukul 09.00, tim Pekerjaan dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) PLN bersiap memanjat tower penghantar Depok–Cibinong 500 kilovolt (kV). Tugas mereka adalah mengganti isolator di tower setinggi 80 meter itu dalam keadaan listrik tetap mengaliri kabel-kabelnya. Tujuannya, tentu saja agar tidak perlu memadamkan listrik di wilayah sekitar Jakarta.

”Pekerjaan di gardu induk dikerjakan secara live. Artinya, tidak dipadamkan sama sekali,” ujar P3B Humas Jawa Bagian Barat Dhini Utami yang pagi itu menemani Jawa Pos melihat langsung proses perbaikan di tower listrik.

Ada tiga metode yang dilakukan saat melakukan perbaikan tanpa adanya pemadaman. Yakni, metode hotstick (berjarak), sentuh langsung (SL/rubber glove), dan barehand (conductive suit/pakaian konduktif). Mereka juga dibekali sejumlah peralatan. Contohnya, spiral universal stick, conductor cover, bypass jumper, strain link stick, dan peralatan K3 lainnya. Untuk bisa melakukan pekerjaan itu, anggota PDKB harus menjalani sertifikasi setiap 5 tahun sekali. Mereka juga harus diberi diklat dan masa on-the-job-training selama setahun.

Diklat PDKB meliputi tower/pole climbing safety dan perbaikan atau pergantian komponen peralatan tegangan tinggi (di transmisi dan GI) serta tegangan menengah (SUTM). Ada pula diklat pengawas K3 dan diklat supervisi maupun pengawas pekerjaan. ”Mereka tidak boleh egois. Tidak ada yang super. Mereka harus bersama,” kata Dhini. Adanya ego pribadi dapat membahayakan diri sendiri saat bekerja di atas tower. Sebelum memanjat, setiap permasalahan pribadi antaranggota harus diselesaikan terlebih dahulu.

Mereka harus benar-benar fokus karena berkaitan dengan keselamatan. Mood juga harus dijaga agar tidak sampai mengganggu konsentrasi. Apa pun yang terjadi di rumah harus ditinggal di rumah. Bahkan, jika perasaan jenuh atau lelah terhadap pekerjaan datang, mereka bisa mengajukan diri untuk tidak memanjat tower.

”Nanti bisa diberi pekerjaan yang di dalam kantor dulu,” terang Dhini.

Secara struktural, tim PDKB TT/TET (tegangan tinggi/tegangan ekstratinggi) baru resmi terbentuk pada 27 Oktober 2004. Tim itu bertugas mengganti komponen peralatan tegangan tinggi. Misalnya, di transmisi dan GI, 70 kV, 150 kV, 275 kV, dan 500 kV serta tegangan menengah (SUTM 20 kV). Menurut Dhini, alat-alat yang digunakan pun harus diuji setiap tahun di bagian penelitian dan pengembangan (litbang) PLN.

’’Untuk menguji tingkat ketahanan isolasi alat yang digunakan. Nyawa teman-teman bergantung pada kualitas hasil uji alat ini. Kalau isolasinya mulai berkurang, tidak akan dipakai sama sekali. Bahaya,’’ imbuhnya.

Pekerjaan tim pun dibagi menjadi dua. Yakni, bagian hot end dan cold end. Untuk hot end, mereka akan bersentuhan langsung dengan tegangan dan konduktor. Meski tetap ada jarak aman yang harus ditaati, yakni sekitar 3,34 meter untuk tegangan 500 kV. Untuk cold end, mereka bertugas melepas bagian yang tidak bertegangan di sisi travers sehingga baju yang dipakai pun berbeda.

Anggota tim di hot end harus memakai baju conductive suit berwarna abu-abu seharga Rp200 juta. Fungsinya, menyamakan kondisi potensial antara tegangan yang disentuh dan tubuh sehingga tidak akan terjadi induksi atau tersetrum. ’’Kalau secara teori, 500 kV itu jarak kurang lebih 5 meter saja orang biasa tidak menyentuh sudah tersengat,’’ urainya.

Bergantungan di atas tower dan bersentuhan dengan kabel tegangan tinggi memang bukan pekerjaan mudah bagi PDKB. Karena itu, kedisiplinan dan patuh pada SOP merupakan prinsip dasar. Ada empat komitmen bagi mereka yang harus dipatuhi.

Yakni, zero accident, patuh pada SOP, keutamaan teamwork, dan profesionalisme kerja. Kedisiplinan itu juga dibentuk melalui pendidikan di lembaga pendidikan militer sehingga PDKB yakin bisa menjaga pasokan listrik yang andal.

PLN juga menerapkan standardisasi terhadap kompetensi pekerjaan PDKB. Baik nasional maupun internasional, termasuk ISO 9001:2000. Misalnya, sertifikasi ketenagalistrikan bidang pembangkit, transmisi, dan distribusi.

Musuh besar bagi mereka untuk menjalankan tugas adalah cuaca. Karena itu, tim khusus tersebut bekerja mulai pagi, yakni pukul 09.00, hingga maksimal pukul 17.00. Jika mendung datang di tengah perbaikan, pekerjaan harus dihentikan. Sebab, air hujan bisa membuat tower licin sehingga pekerjaan berbahaya.

Saat itu pun, sekitar pukul 13.00, pekerjaan penggantian isolator terpaksa dihentikan lantaran awan mendung tiba-tiba datang. Ketika Ramadan pun, sering kali mereka hanya bekerja di dalam ruangan. Sebab, lapar dan dehidrasi merupakan pantangan bagi pekerjaan mereka. ’’Bisa mengganggu konsentrasi,’’ terangnya.

Jika pekerjaan baru bisa diselesaikan sore, tim yang berada di bawah wajib mengirimkan makan siang dan minuman ke atas dengan mesin untuk menaikturunkan peralatan.

Makanannya bukan nasi. Terlalu ribet untuk dimakan di atas tower. Melainkan makanan berat dan mengenyangkan seperti roti. Bisa juga siomai yang dibungkus plastik. Sebab, jika tim harus turun, akan memakan waktu dan tenaga.

Senior PDKB, Riza, masih ingat kali pertama dirinya harus memanjat tower. ’’Deg-degan. Jangankan memanjat tower, memanjat genting rumah saja dulu saya takut,’’ ujar pria yang direkrut menjadi anggota tim PDKB pada 2004 itu.

Seiring bertambahnya jam terbang, Riza pun akhirnya terlatih memanjat tower saat memperbaiki jaringan listrik. Hal yang sama dialami salah seorang anggota tim PDKB yang bernama Munirul Anam.

Calon lulusan PGMI STAIN itu meninggalkan kuliahnya saat semester II dan memilih bergabung dengan PDKB PLN pada 2012. ”Awalnya takut ketinggian. Dilatih setiap hari dan di atas ramai-ramai, jadi hilang groginya,” imbuh Anam. Kejadian tidak menyenangkan juga dialami beberapa tahun silam. Salah seorang anggota tim PDKB harus meregang nyawa saat menjalankan tugas. ”Tetapi, waktu itu bukan dalam keadaan online, melainkan offline (saat tidak ada tegangan, Red). Dia sudah tidak kuat sehingga akhirnya jatuh,” papar dia.

Hal tersebut sempat membuat beberapa anggota tim PDKB trauma. ”Shock. Rekan satu angkatan sendiri. Sempat down meski tidak menjadi momok. Tetapi, menjadi lebih waspada karena bahaya mengintai,” kata Ali Jaenuddin, anggota tim PDKB rekrutan 2008. Perasaan yang sama dialami Abdul Fajar. Dia bed rest hingga seminggu lantaran shock akibat kejadian tersebut.

Bahkan, dia masih merasakan bulu kuduknya meremang saat diminta untuk menceritakan kejadian tersebut. ”Pendidikan bareng. Ikatan batin kuat, jiwa korsa,” kenang pria berusia 29 tahun tersebut. Memakai alat pelindung diri dan baju khusus tak serta-merta bisa membuat mereka terbebas dari induksi. Semakin tinggi tegangan, induksinya semakin terasa. ”Pertama kali kaget. Rasanya seperti digigit semut. Lama-lama terbiasa dan merasa yakin karena sudah menggunakan alat pelindung diri,” ungkapnya.

Tower yang mereka panjat pun tidak hanya berada di daerah perkotaan. Terkadang di daerah pegunungan atau tepi tebing. ”Saya pernah juga disengat tawon saat bertugas lantaran tower berada di area semak-semak dan tidak lihat ada sarang tawon,” ujar Aburizal.

Waktu itu dia bersama anggota tim PDKB lainnya harus memanjat tower SUTET 500 kv Balaraja–Gandul. Akibatnya, anggota tim PDKB angkatan 2012 itu sempat sesak napas dan dilarikan ke puskesmas terdekat. ”Jadi alergi dan muncul bintik-bintik sehingga bed rest dua hari. Baru hilang setelah lima hari,” ungkapnya. (*/oki)

Tak jarang, pekerjaan mereka mendapatkan apresiasi dari warga sekitar. Sering kali warga memberikan buah-buahan seperti mangga maupun rambutan. ”Biasanya sih diberi. Kalau tidak diberi, ya kami nunggu,” ungkapnya, lalu tertawa. Untuk menjaga stamina tetap prima dan kuat, mereka rajin mengonsumsi multivitamin, madu, extra fooding, dan susu serta berolahraga rutin.