25 radar bogor

Ponpes Riyadhul Jannah Ciseeng Kabupaten Bogor, Gembleng Calon-calon Dai yang Kompeten

PIAWAI : Para santri Riyadhul Jannah menggelar acara tarhib Ramadan bersama masyarakat Komplek PLN Gandul Cinere, Sabtu (12/5) lalu.

Akhir-akhir ini, Indonesia mengalami krisis dai yang kompeten dan mumpuni untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat. Berangkat dari kekhawatiran tersebut, Pondok Pesantren Riyadhul Jannah berinisiatif mencetak dai-dai andal dan piawai.

Riyadhul Jannah berlokasi di Kampung Binong Desa Babakan, Keca­matan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Pesantren ini termasuk belum lama berdiri, karena baru dibangun KH. Muhammad Supriadi pada 2 Mei 1994.

Dengan jumlah penghuni 350 santri, Riyadhul Jannah memang dibangun untuk mencetak pendakwah-pendak­wah atau dai. Demikian diungkapkan Arifqa Fernanda (23), salah satu pe­ngajar yang juga konsen mengem­ba­ng­kan dai-dai muda jebolan Riyadhul Jannah.

”Sebenarnya kegiatan muhadharah rutin dilaksanakan setiap Jumat dan Sabtu. Tapi kita ingin ada satu forum khusus yang bisa membina dan mendidik candradimuka para dai melalui satu forum pengembangan yang kami namai Forum Pengembangan Mubaligh (FPM),” ujarnya saat ditemui Radar Bogor di ruang kerjanya.

Nanda -sapaan akrabnya- menuturkan, potensi-potensi santri yang memiliki bakat dalam berpidato dijaring melalui satu seleksi ketat.

”Pada saat itu, kami mendapatkan tujuh santri sebagai perintis pengembangan dakwah. Dan ke sini-sini, alhamdulillah ada 50 santri yang sedang dan akan terus kami gembleng agar kemampuan mereka dalam berdakwah semakin baik,” jelasnya.

Penggemblengan khusus itu dengan mengedepankan berbagai materi dakwah seperti Alquran dan hadis berikut tafsirnya, memahami berbagai qoul-qoul ulama dan perbedaannya, seni dalam beretorika, olah vokal, public speaking, dan lain-lain.

”Saya juga tidak menyangka, usai kami gembleng sejak Mei 2017, ternyata kemampuan mereka semakin meningkat. Sampai-sampai pada suatu saat, di masa liburan, mereka memanfaatkan waktu liburnya dengan menggelar kegiatan Tarhib Ramadan di salah satu perumahan.

Dan kami sebagai guru akhirnya diundang, santri kami sangat dibanggakan masyarakat di sana,” lanjut pria kelahiran Riau itu.

Nanda berharap, dengan di­kem­bangkannya Forum Pe­ngembangan Mubaligh, Indo­nesia tidak akan keku­rangan dai-dai yang kompeten dan andal. ”Karena pintar bi­cara saja tidak cukup. Se­orang dai harus me­miliki dasar-dasar agama yang kuat. Dan pe­santren kami adalah cikal b­a­­kal untuk itu,” ung kap Nan­da.

Sementara itu, Rifki Dwi Prasetyo (15) salah satu santri gem­blengan Fo­rum Pengem­bangan Mubaligh mengaku senang me­ngikuti kegia­tan pem­binaan FPM. Di FPM, kata Rifki, ia bisa me­ngek­splo­ra­sikan berbagai kreasi ter­kait seni dalam berbicara dan ber­dakwah.(cr3/c)