25 radar bogor

Targetkan Khatam Satu Kitab Kuning

KOMPAK: Para santri Ponpes Al-Furqon As-Salafiyah foto bersama dalam sebuah kegiatan

Mempelajari ilmu agama dengan bermacam kitab Allah rutin dilakukan Pondok Pesantren Al-Furqon As-Salafiyah yang didirikan KH Ahmad Sairoji AS serta Hj Siti Afifah di Mekar Saluyu, Gang Perum Taman Yasmin, Bogor Barat, Kota Bogor.

Tak hanya bulan Ramadan, para santri memang dibekali ilmu religi melalui metode pengajaran yang sudah diterapkan di ponpes tersebut.

Ada beberapa pengelolaan ajaran ilmu yang ada di ponpes ini. Salah satu keluarga di ponpes ini, Muhammad Romdi Badrusalam mengungkapkan beberapa metode pengajaran di ponpesnya. Pertama, kajian tahsin Alquran, tahfidz Alquran, seni baca Alquran atau tilawah, dan ada kajian Kitab Kuning.

Kajian tahsin Alquran dilakukan secara face to face, saling bertatapan antara guru dan murid. Istilah bahasa pesantrennya, sorogan Alquran, untuk membetulkan bacaan-bacaan yang masih kurang baik. “Kita bimbing dari mulai ilmu tajwidnya sampai lancar,” bebernya. Dari tahsin di sini, santri mengem­bangkan langsung ke bagian tahfidz atau hafalan Alquran.

Sementara kajian ilmu seni baca Alquran atau tilawah mempelajari nada-nada quran atau mujawad. Seni baca Quran ini diterapkan tiap hari selesai ibadah ashar. Metodenya, dengan mendengarkan lagu-lagu Alquran dan ada panduan untuk menyanyikan lagunya juga.

SUKACITA: Sebagian santri saat meramaikan salah satu perlombaan yang mereka ikuti bersama warga sekitar pesantren.

Masih kata Romdi, kajian Kitab Kuning mempelajari mulai dari dasar, ilmu para ulama dari mulai sorog hadist, fiqih, tauhid, termasuk tafsir akhlak dan tajwid.

Ponpes ini sekarang mengadakan santri didik baru, sebelumnya hanya mondok. Walau ada yang sekolah di luar, untuk tahun sekarang dibuka MTs setingkat SMP.

Program harian berupa hafalan Alquran, program mingguannya Kitab Kuning, dan ujian pesantren dan sanlat bulanan. Guru atau pengajarnya masih keluarga dan dari bidangnya masing-masing. “Ada juga alumni yang membantu sumbangsih ilmunya,” bebernya.

Saat Ramadan, di pesantren ini ada tradisi ’pasaran’ yakni kajian Kitab Kuning, yang untuk tahun sekarang mengadakan tajwid. “Selama satu bulan insyaallah mengkhatamkan salah satu kitab dari beberapa pengajar,” beber Ramdi. Ada juga gema Ramadan, seperti perlombaan.

Masih kata Romdi, setelah tahajud lalu sahur, diadakan pengajian sampai subuh. Dilanjut dengan sekolah bagi yang bersekolah. Jika yang khusus mondok, pengajian kitab dilakukan dari pukul 08.00–10.00, lalu istirahat.

Dilanjut habis Zuhur dengan murotal, setelah itu pengajian kitab lagi sampai ashar. Dari ashar diadakan mujawad, lalu persiapan sima’an Quran. “Karena di bulan puasa ini lebih banyak membaca Alquran,” tuturnya.

Sima sendiri berarti satu orang baca sisanya menyimak, dilihat santri lainnya, jika salah dikasih tahu. Setelah itu buka puasa, terkadang buka puasa bareng bersama warga di Masjid Baittusalam.

Tarawihnya pun sama, bersama masyarakat sampai sekitar jam 21.00. “Setelah itu pengajian kitab lagi, habis itu santri pergi ke kamar masing-masing untuk tidur,” tutupnya.(cr4/c)