25 radar bogor

Pertahankan Tradisi Ulama Salaf

Selain tilawah, mereka juga rutin berlatih marawis

Pondok Pesantren Al-Furqon II As-Salafiyah (PPASA) merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang didirikan KH Ahmad Sairoji AS serta Hj Siti Afifah pada 3 Syawal 1411 H/18 April 1991 M.

Lahirnya pondok pesantren ini berawal dari sebuah doa dan dukungan, lalu lahirlah PPASA, yang berasal dari Pesantren Al Furqon pusat yang didirikan Abah KH Abdurrahman Bin H Abdul Karim.

Ponpes ini menjadi salah satu lembaga pendidikan pesantren yang mencetak generasi umat berakhlakul karimah, berintelektual tinggi serta siap mengabdi untuk agama dan bangsa.

Romdi mengatakan, santri putra maupun putri PPASA wajib menguasai kajian kitab Alquran, salah satunya tajwid. Santri dituntut pula menguasai kajian-kajian ulama seperti nahwu, sorof, tauhid, dan kajian lainnya.

Tentu saja dengan guru yang berkompeten di bidangnya, disertai tradisi ulama salaf terdahulu. Dengan metode pengajaran balagan (bersama-sama) dan secara perorangan (face to face). “Santri Al Furqon II As Salafiyah selalu memegang tradisi para ulama salaf,” bebernya.

Sambung Romdi, kegiatan ponpes ini memang hanya menggali hal-hal yang bersifat keilmuan. Namun, sekitar 40 santri dibekali kecerdasan emosional dan spiritual kepada Allah, selalu dibarengi dengan berilmu alamiah, beramal ilmiah, dan berakhlakul karimah. Pengajian Alquran adalah titik terang ponpes ini yang mengkaji Qiroatul Quran dan Qiroatus Sab’ah.

Secara kurikulum, lanjut Romdi, para santri dituntut dengan seni-seni baca Alquran, di antaranya tausiyah-tausiyah secara praktik dengan pengajian sehari-hari.

Diharapkan, para santri selalu mempunyai keyakinan, semangat, dan selalu mempunyai keahlian baik secara profesional maupun kreativitas. “Ridho seorang guru adalah sebuah doa yang diharapkan bagi semua santri,” tutupnya.(cr4/c)