25 radar bogor

Andai Tidak Ada Ramadan

 

SELAMAT datang tamu agung bernama Ramadan. Bulan yang menghadirkan kembali sosok manusia menjadi manusia yang sebenarnya. Atau bulan yang memanusiakan kembali manu­sia.

Bayangkanlah, andai tidak ada bulan Ramadan mungkin manusia tak ubahnya seperti robot. Dia bergerak, berjalan, bertingkah laku, tetapi tidak memiliki sentuhan kemanusiaan atau tidak memiliki hasrat bertegur sapa, senyum atau sekadar menganggukkan kepala tanda basa-basi komunikasi.

Andai tidak ada Ramadan, ayah dan anak mungkin tidak akan pernah bertemu dalam satu meja makan karena masih sibuk di kantor atau masih terbaring lelap karena fajar belum terbit.

Ramadan telah mempersatukan ayah, ibu, dan anak di satu meja untuk saling membina komunikasi dan menghantarkan getaran cinta dan kasih sayang yang selama ini hilang ditelan robot-robot kesibukan.

Andai tidak ada Ramadan, jabat tangan kita dengan tetangga dan komunitas muslim terdekat pun mungkin tidak akan terjadi karena kita sulit mengatur waktu untuk ikut berjamaah di masjid.

Dengan Ramadan kita bisa melangkahkan kaki untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan tetangga, dan bersujud bersama dalam salat Isya dan Tarawih, sesuatu yang selama ini sulit diperoleh karena kita masih mengejar kehidupan dunia.

Andai tidak ada Ramadan, mungkin jiwa sosial kita tumpul dan tertutup rapat atau hanya sedikit tersingkap karena jarang mendengar nasihat-nasihat agama yang menganjurkan untuk berbagi dengan sesama sebagai tanda jiwa yang takwa.

Dengan Ramadan, pisau jiwa sosial kita diasah sampai tajam untuk kemudian dilanjutkan dengan kerelaan kita menge­luar­kan infak dan sedekah, ka­rena infak dan sedekah di bu­lan ini diberi kelipatan nilai ke­ba­ikan yang tidak terhingga.

Andai tidak ada Ramadan, badan-badan gemuk yang beratnya sulit untuk turun mungkin bisa tambah gemuk dan berubah menjadi overweight sampai obesitas karena malas diet dan ogah berpuasa sunah. Dengan Ramadan, diet menjadi ringan karena bisa puasa bersama-sama seluruh anggota keluarga dan orang Islam lainnya.

Andai tidak ada Ramadan, Alquran pun tersimpan rapi di rak buku dan lemari. Ia dibaca hanya pada waktu anggota keluarga kita meninggal dunia atau ada pengajian dan arisan teman-teman di rumah kita.

Dengan Ramadan, ada yang hilang dalam hidup bila kita tidak tadarus Alquran sehabis salat fardu. Setelah baca Alquran pun kita terpa­nggil ingin tau apa terjemahan Quran yang kita baca.

Andai tidak ada Ramadan, masjid-masjid dan musala-musala kelihatan sepi dan kurang makmur oleh jamaah. Dengan Ramadan, masjid-masjid tidak sanggup menam­pung luapan jamaah yang ingin melaksanakan salat terutama Isya dan Tarawih.

Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pengurus masjid untuk mendatangkan para penceramah agama untuk membangkitkan kembali ingatan kolektif mereka tentang kewajiban-kewajiban muslim terhadap Tuhannya, sesama manusia dan kehidupan secara universal.

Dengan ceramah yang terus-menerus selama 30 malam tebersit harapan meningkatnya ketakwaan jamaah dan menebalnya kesalehan individual dan kesalehan sosial mereka.

Andai tidak ada Ramadan, orang bisa jadi lupa akan kewajiban membayar zakat, baik zakat fitrah maupun zakat harta. Dengan Ramadan, orang berduyun-duyun menitipkan harta zakatnya kepada para panitia zakat seperti BAZNAS, Dompet Duafa, Rumah Zakat dan Amilin zakat di setiap masjid.

Kalau semua muslim yang kaya di Indonesia sadar akan ke­wajiban zakatnya, maka menurut para ahli, bisa terkumpul 286 triliun dana zakat. Subhanallah. Apa yang tidak istimewa di bulan Ramadan? Selamat menikmati menjadi manusia seutuhnya bersama Allah di bulan Ramadan.