25 radar bogor

Madrasah Ramadan

 

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahi rabbil’ alamiin wash-shalatu was-salamu ‘ala asyrafil anbi­yai wal mursaliin wa ‘ala alihi wa ash-habihi ajma’iin.

Sungguh, dari lubuk hati yang paling dalam te­rung­kap rasa syukur atas kesem­patan istimewa dapat menikmati hidangan Illahi di bulan suci Ramadan 1439 H.

Sejak bulan Rajab hingga Sya’ban lalu, kita tak henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keberkahan hingga memasuki bulan Ramadan. “Ya Allah, berkahilah hidup kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah pula kami ke bulan suci Ramadan.” Alhamdulillah, doa kita diperkenankan Allah SWT.

Bagi kita yang beruntung diperte­mukan lagi dengan bulan penuh keberkahan ini, sepatutnya bersyukur kepada Allah SWT dengan menggu­nakan momentum ini untuk menebar kebajikan.

Berupaya secara lahir dan batin yang bingkai dengan de­ngan adab dan ilmu serta didasari keimanan, kiranya Ramadan tahun ini menjadi yang terbaik dalam perjalan hidup kita.

Sementara, untuk kaum kerabat dan handai taulan yang sudah mendahului, semoga segala dosa mereka diampuni Allah SWT dan kuburannya dijadikan laksana taman-taman surga. Aamiin.

Tulisan kali ini, saya akan hidangkan tema tentang Ramadan sebagai Institusi Pendidikan (Tarbiyah)Terbaik bagi Umat Islam. Semoga dapat menguatkan pendidikan karakter Islami kepada anak-anak kita dalam keluarga.

Menjadi Murid yang Baik

Pesan indah kitab suci Alquran, agar setiap mukmin menjalankan kewajiban ibadah puasa Ramadan dengan penuh kesungguhan.

Berjuang sekuat mungkin untuk mengendalikan keinginan diri (hawa an-nafs) dari segala macam sikap, ucapan dan tindakan yang negatif dan destruktif (memembatalkan dan merusak puasa), agar segala dosa yang lalu diampuni. (HR. Muslim).

”Tiada lain, kecuali hendak melahirkan manusia yang bertakwa, bersyukur dan senantiasa mengikuti kebenaran yang digariskan Allah SWT.” (QS.2:182-186).

Sejati­nya, Ramadan bagaikan madrasah atau universitas dengan sistem pendi­dikan yang paripurna. Sebagai institusi, program pendidikan dan pelatihan Ramadan akan menyehatkan dan menumbuh­kan segala pontensi dalam diri manusia sebagai muridnya.

Manakala pontensi diri tersebut sehat walafiat serta tumbuh dan berkembang dengan baik, maka manusia akan meraih kenikmatan dan kebermaknaan hidup di dunia dan akhirat kelak. Ada empat aspek yang akan ditempa Ramadan.

Pertama, jasadiyyah (fisikal). Pendidikan pertama yang diajarkan dalam madrasah Ramadan adalah kesehatan fisik (individual).

Terbukti sudah secara medis bahwa puasa itu menyehatkan badan dan pikiran, sebab memberi ruang istirahat dan pemulihan (recovery) bagi seluruh organ tubuh yang selama ini bekerja keras. “Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS.2:184).

Hal ini relevan dengan pesan Nabi SAW, “Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.” (HR. Ibnu Sunny). Betapa keliru ang­gapan bahwa berpuasa akan mele­mahkan badan atau alasan bermalas-malasan.

Bukankah sebagian perang di masa Nabi SAW terjadi di bulan Ramadan, seperti Perang Badar? Kondisi perut yang kosong ternyata ingan dan semakin gesit dalam setiap pergerakan.

Pada saat kenyang, justru badan semakin berat dan lamban, malas bergerak dan mengantuk. Kalau pun makan dan minum, jangan berlebihan karena merusak kesehatan. (QS.7:31).

Orang sehat jika enak makan, enak buang, enak tidur dan enak bersebadan (dengan istri). Inilah yang disebut kenikmatan material.

Kedua, ijtima’iyyah (sosial). Aspek kedua yang ditempa Ramadan adalah tumbuhnya kepedulian dan kebersamaan dalam kehidupan sosial. Rasa lapar dan dahaga sehari penuh dapat menimbulkan rasa simpati dan empati kepada orang fakir dan miskin (duafa).

Keber­maknaan hidup itu bukan hanya soal kita dan keluarga saja, tetapi juga tentang nasib orang lain yang men­derita, terutama kekurangan makan dan sandang (HR. Muslim).

Puasa melahirkan pribadi yang senang sedekah, bukan hanya kepada orang yang berpuasa, tetapi juga bagi mereka yang lapar dan kurangan gizi (QS.76:8-9).

Insan berkarakter mulia itu merasa susah melihat orang lain kesusahan, lalu berusaha meringankan atau melepaskan bebannya. Mereka pun merasa senang ketika melihat orang lain hidup senang, lalu berusaha melang­gengkannya.

Orang yang mampu mengasah dan membangun relasi sosial yang baik dengan sesama dan lingkungan alam, terutama kedua orang tua dan keluarga, maka ia akan sampai pada kenikmatan yang lebih tinggi yakni kenikmatan sosial.

Ketiga, ilmiyyah (intelektual). Madrasah Ramadan bukan hanya menempa dimensi individual dan sosial umat Islam, tetapi juga momentum untuk menumbuhkan kecintaan terhadap ilmu dan alim ulama.

Ganjaran berlipat ganda atas segala kebajikan, telah merangsang semangat untuk membaca, berdiskusi dan menulis (HR.Bukhari). Tampak sekali beda di bulan ini, dimana tadarus dan tadabbur Alquran, tau­siah dan kajian ilmiah begitu semarak di masjid dan perkantoran.

Sejak malam diadakah tausiah taraweh, kuliah ringkas ba’da shubuh, kajian Zuhur dan pengantar buka puasa. Begitu pun di telivisi dan radio, media online, sosial dan massa dan dijadikan sarana dakwah untuk mampu menjangkau berbagai lapisan masyarakat.

Sungguh, Ramadan menjadi bulan ilmu pengetahuan dan keakaraban dengan ulama, sehingga bertambah dalam dan luas keilmuan umat Islam.

Keempat, ruhaniyyah (spritrual). Aspek terdalam yang digemb­leng oleh Ramadan adalah meningkatkan kualitas ruhani (iman) seorang mukmin agar senantiasa mendekat kepada Allah SWT Bagaimana tidak, di siang hari nafsu perut dan syahwat terkendali semata karena Allah SWT , lalu lisan selalu basah untuk berzikir, pandangan mata pun dijaga dari segala yang merusak kekhusyukkan, membaca Alquran dan mentadabburinya, shalat taraweh dan witir, bangun di penghujung malam untuk tahajud, sahur hingga tiba shalat shubuh berjamaah di masjid. Seseorang yang berpuasa bagaikan malaikat di siang hari dan manusia di malam hari.

Khatimah

Sebagai madrasah, Ramadan menyiapkan Mahaguru yakni Allah SWT melalui firman-Nya (Alquran) dan model sempurna yang mengajarkan yakni Nabi Muhammad SAW melalui keteladanannya (as-sunnah).

Muridnya adalah setiap orang yang mempunyai komitmen keislaman yang kuat yakni mukmin (orang beriman). Kuriku­lumnya adalah segala sikap, kata dan perbuatan yang diperintah (wajib dan sunah) dan dilarang (haram dan makruh) sesuai tuntunan dan adab puasa. Pengawasnya adalah malaikat yang senantiasa terjaga dan ikut serta di mana dan ke mana pun kita.

Waktunya dipadatkan selama sebulan penuh, walaupun sebenarnya sepadan dengan setahun. Tujuannya adalah melahirkan orang terpelajar yang bertakwa (la’allakum tataquun), orang yang pandai bersyukur (la’alla­kum tasykurun), dan orang yang selalu mengikuti jalan kebenaran (la’allahum yarsyu­duun).

Selamat mengikuti pembelajaran di madrasah Ramadan. Keberhasi­lan pendidikan dan pelatihan ini akan tampak setelah Ramadan berlalu. Insya Allah. Aamiin. Allahu a’lam bish-shawab.
(Dosen Institut Ummul Qura AI-Islami Bogor)