25 radar bogor

Jangan Coba-coba Mainkan Harga

MAHAL: Jelang Ramadan harga daging ayam di Pasar Bogor terus mengalami kenaikan sehingga berdampak terhadap penjualan, kemarin.

JAKARTA–RADAR BOGOR,Memasuki Ramadan, harga sejumlah bahan pangan mulai merangkak naik. Komoditas seperti daging ayam, cabai, bawang putih, bawang merah, dan lain-lain diban­derol lebih mahal daripada hari-hari biasa.

Ketua Satgas Pangan Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, yang masih menjadi perhatian Satgas Pangan adalah harga daging ayam. ”Itu masih sedikit di atas harga acuan pemerintah,” ujarnya.

Selain itu, disparitas harga telur juga turut menjadi perhatian. ”Dispa­ritasnya cukup signifikan,” kata dia. Meski demikian, satgas terus berusaha mengontrol supaya harganya segera normal.

Setyo menegaskan agar seluruh pelaku usaha tidak main-mian. Dia tidak ingin ada satu pun yang berani atau nekat memainkan harga.

”Warning bagi para pelaku usaha. Kami harap tidak coba-coba memainkan harga,” tegasnya. Apalagi sampai mematok harga dengan nilai tinggi.

Khusus stok, Setyo menyebutkan bahwa Kementan sudah memastikan aman. Demikian pula Bulog. ”Tinggal kami melakukan pengawasan masalah distribusi,” tuturnya. Menurut dia, tugas pokok Satgas Pangan adalah menjamin rantai distribusi tidak ada masalah. Sebab, jika rantai distribusi aman maka masyarakat bisa memperoleh harga pangan terbaik yang tentu saja terjangkau.

Pengawasan oleh Satgas Pangan tidak hanya dilakukan di level pusat. Melainkan turut dilaksanakan oleh Satgas Pangan di daerah. ”Saya minta Satgas Pangan daerah lebih aktif lagi turun ke pasar atau yang diduga tempat penyimpanan atau gudang,” ujar Setyo. Dia menegaskan kembali, pihaknya tidak akan tinggal diam apabila mendapati pelanggaran terjadi. Namun, penindakannya dipastikan tidak akan membuat gaduh.

Di sisi lain, pemerintah dinilai kurang maksimal dalam mengantisipasi datangnya Ramadan sehingga pergerakan harga sejak seminggu terakhir sudah menunjukkan peningkatan.

Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Abdullah Mansuri menyimpulkan, pemerintah belum maksimal dalam mempersiapkan Ramadan tahun ini.

”Tahun lalu padahal persiapan sudah cukup baik. Dua bulan sebelum, bahkan Kementerian Perdagangan rajin menggelar rapat dengan perwakilan pedagang dan melakukan MoU dengan sejumlah pemasok,” ujar Mansuri.

Menurut Mansuri, kenaikan harga pangan erat kaitannya dengan suplai dan permintaan. Yang menjadi permasalahan, pemerintah belum kunjung memperbaiki pemetaan data produksi komoditas-komoditas penting. Sehingga, pemerintah tak dapat memonitor jumlah produksi, aktivitas distribusi, dan ke mana saja hasil produksi tersebut diperdagangkan. ”Walaupun terlambat untuk sekarang ini, tiga hal tersebut perlu dikejar. Pemerintah harus tahu berapa data produksi, berapa kebutuhannya, dan memastikan distribusi aman,” beber Mansuri.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko menyebutkan, kenaikan harga ayam dan telur di tingkat konsumen masih ada kaitannya dengan pelemahan rupiah. ”Harga sekarang naik karena banyak kasus gagal produksi dan karena harga pakan yang naik akibat dolar yang naik signifikan,” ujar Singgih.

Dia mengatakan, harga ayam dan telur akan kembali normal memasuki pertengahan Ramadan di mana serapan akan turun. Selain itu, diharapkan kondisi rupiah segera stabil sehingga produksi ayam dan telur membaik.

Kementerian Perdagangan belum mau membeberkan secara detail antisipasi langkah yang akan diambil. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti hanya menegaskan bahwa pihaknya akan mengawasi pergerakan harga. ”Kita akan pantau terus dan lakukan penetrasi pasar,” ujar Tjahya.(agf/syn/puj/vir/car/oki)