25 radar bogor

Cetak Santri Berwawasan Luas

KEBERSAMAAN: Para santri dan ustaz foto bersama usai pengajian rutin pesantren.

Dua puluh sembilan tahun berdiri sejak 1989, santri dari Daarul Muhajirin banyak melahirkan cikal bakal pesantren di Kawang, Tasik, dan Bogor sendiri. Tak sedikit lulusan di sini menorehkan prestasi, baik di pemerintahan maupun institusi militer.

Takwa yang ditanamkan mendedikasikan santri agar selalu berkorban demi bangsa dan negara.

“Keinginan saya mendirikan pesantren ini karena sudah tugas dari Allah dan Rasul,” tutur Pendiri Ponpes Daarul Muhajirin KH Ahmad Djaelani.

Kiai asal Priangan Timur ini merawihkan, sebelum mendirikan pesantren, dia mengajar pendidikan keislaman di banyak pesantren. Terakhir di Mifahul Huda, pesantren ternama di Jawa Barat.

“Tahun 1989 itu kami belajar di masjid. Ada empat ruangan, satu ruangan untuk sendiri, satu untuk santri, asrama. Tidak pakai jendela dulu mah,” kenang nya.

Nama Daarul Muhajirin, jelas kiai, memiliki makna tempat dan hijrah. Dari kufur menjadi iman, dari maksiat menjadi taat. Dari tak tahu menjadi tahu.

Di masa itu, pesantren diresmikan KH Khoer Affandi (Uwa Ajengan). Tujuannya, mengakomodasi keinginan masyarakat yang ingin memasukkan anak ke pondok pesanten dan sekolah.

Pondok di Jalan Pemda Vila Bogor Indah, Kedung Halang,ini berusaha mendidik santri dengan ilmu syar’i. Lanjut kiai, dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, para pengajar mengamalkan ilmu berlandas Alquran dan sunah.

Seiring waktu berjalan, pesantren ini menjadi pilihan masyarakat. “Santri harus berwawasan luas dan selalu aktif dalam proses pembinaan santri,” katanya.(don/c)