25 radar bogor

Pak Jokowi, Tolong Kami!

BERPOLEMIK: Warga perumahan Bukit Cimanggu City mengusulkan pembangunan traffic light agar bisa mengakses tol BORR langsung dari pintu gerbang BCC.

BOGOR- RADAR BOGOR,Aksi nekat dilakukan oleh Taruna Meliala dan Zubaida. Suami istri asal Provinsi Riau ini rela berangkat ke Kota Bogor untuk bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor. Keduanya ditemani sang buah hati, Khoir Muliadi Meliala (14) yang mengalami lumpuh akibat tertimpa tiang bendera ketika berumur 8 tahun.

Ditemui wartawan koran ini, kemarin di seberang Istana Bogor, Zubaida ibunda Khoir membeberkan ihwal kedatangannya ke Bogor. Dia menjelaskan, Khoir sudah enam tahun tidak bisa berjalan, akibat tertimpa tiang bendera di sekolahnya di SDN 01 Sebrida, Bantang Gansal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, 10 Desember 2012 lalu.

Akibat insiden itu, Khoir mengalami lumpuh. Sejak saat itu, orang tua Khoir berjuang keras hingga saat ini untuk bisa mengobati anaknya yang lumpuh.

“Saya berharap anak saya bisa ditangani negara dan kembali bisa berjalan. Makanya, kami ingin mengadu ketemu Pak Jokowi,” ujar Zubaida.

Segala upaya sudah dilakukan Zubaida untuk kesembuhan anaknya. Mulai dari mendatangi bupati hingga gubernur. ”Namun, semuanya tidak ada solusi,” lirihnya.

Akhirnya, sejak 10 bulan lalu atau tepatnya pada Juli 2017, dia bersama suami dan anaknya terbang ke Jakarta untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah.

Sebab, menurut mereka, kejadian yang menimpa Khoir dikarenakan kelalaian pihak sekolah, dalam hal ini negara. Bahkan, karena merasa belum mendapatkan keadilan, keduanya pun belum mengubur pecahan tengkorak kepala Khoir pascaoperasi.

“Seharusnya kami tidak perlu sampai ketemu presiden jika sudah mendapat penanganan dari bupati ataupun gubernur. Tapi, sudah tidak ada pilihan lain. Siapa yang harus tanggung jawab anak saya sejak tertimpa tiang bendera cacat dan lumpuh,” beber Taruna Meliala ayah Khoir.

Selama di Jakarta, dia mengaku, sempat mengadu ke beberapa kementerian, tetapi juga tidak ada tanggapan. Sampai akhirnya, sejak enam bulan lalu dia memutuskan untuk membawa Khoir ke RS Cipto Mangun­kusumo untuk mendapat perawatan. “Kami di Jakarta sudah 10 bulan, karena kami berobat di daerah tidak ada perkembangan dan tidak ada penanganan, makanya kami ke Jakarta,” katanya.

Taruna pun membeberkan betapa susahnya untuk bisa bisa terbang ke Jakarta. Dia yang sudah menganggur sejak enam tahun lalu, harus rela menjadi pemulung untuk mengumpulkan ongkos ke Jakarta. “Saya sekarang jadi pemulung dan tinggal di bekas terminal. Rumah dan mobil saya jual karena lebih penting anak kami,” lirihnya.

Dia pun berharap presiden bisa mendengar dan mem­berikan solusi terkait masalah yang dihadapinya. Sebab, meski perawatan di RSCM sudah ditanggung BPJS Kesehatan, namun biaya lain-lain seperti makan, tempat tinggal, dan transportasi juga membutuhkan biaya. Sementara, bantuan dari Baznas dan swadaya dari masyarakat juga terbatas.(*/c)