25 radar bogor

Stok Berlebih, tapi Harga Melambung

Ilustrasi harga daging ayam
Ilustrasi harga daging ayam

BOGOR–RADAR BOGOR,Masalah klasik itu da­tang lagi. Menjelang Rama­dan dan Lebaran, harga kebu­tuhan pokok merangkak naik, terutama telur dan daging ayam.

Di pasaran, harga daging ayam potong mencapai Rp36.000 hingga Rp37.000 per kilogram (kg). Naik dari sebe­lumnya Rp34.000 per kg. Semen­tara harga telur naik dari Rp20 ribu menjadi Rp27 ribu per kg.

Salah satunya di Pasar Citeu­reup II, Kabupaten Bogor. Pe­da­gang daging ayam, Firmansyah (31) mengatakan, ke­nai­kan harga saat ini terbilang tinggi, yakni mencapai Rp38 ribu per kilgoram.

Dia mengaku bahwa kenaikan harga sudah dirasakan sejak be­berapa hari lalu. Bahkan, ke­naikan harga kali ini berban­ding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya.

“Dampak­nya lu­mayan terasa. Biasanya kalau dijual dengan harga normal, kita bisa jual sampai 50 ekor. Sejak naik empat hari ini cuma laku 30 ekor,” kata dia.

Di tempat terpisah, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi, menjamin harga segera turun. ”Semua sudah sepakat untuk turun ke harga acuan peme­rintah (HAP),” kata Agung.

Dirjen Peternakan dan Kese­hatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita menyebutkan, secara umum, tidak ada masa­lah dengan produksi telur dan daging ayam nasional.

Berdasar prognosis keter-sediaan, produksi daging ayam 2018 sebesar 3.565.495 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 3.047.676 ton. ”Sehingga terjadi neraca surplus sebanyak 517.819 ton,” terang Ketut.

Khusus untuk bulan puasa dan Lebaran yang jatuh pada Mei dan Juni 2018, Ketut menga­takan bahwa keter­sediaan da­ging ayam sebanyak 626.085 ton dengan kebutuhan konsu­msi 535.159 ton. Dengan begitu, masih ada surplus 90.926 ton.

Begitu juga ketersediaan telur ayam. Pada 2018, produksi sebanyak 2.968.954 ton dengan jumlah kebutuhan konsumsi 2.766.760 ton. Dengan demi­kian, kelebihan stok nasional se­banyak 202.194 ton.

Khusus untuk ketersediaan te­lur selama bulan puasa dan Le­ba­ran (Mei–Juni 2018), pro­duk­­si da­­lam negeri sebesar 521.335 ton, sedangkan kebu­tuhan kon­­sum­si 485.831 ton. ”Sehingga ada ke­lebihan stok sebanyak 35.504 ton,” jelas Ketut.

Ketut menekankan, jika dilihat dari data ketersediaan ayam, daging dan telur ayam saat ini berada dalam posisi surplus atau berlebih, bahkan sudah diekspor ke beberapa negara. Karena itu, seharusnya tidak terjadi kenaikan harga. Namun, ada faktor eksternal.

”Kami harapkan harganya stabil terjangkau. Jika naik pun, diharapkan tidak terlalu tinggi,” ucapnya.(tau/c11/ang)