BOGOR–RADAR BOGOR,Masalah klasik itu datang lagi. Menjelang Ramadan dan Lebaran, harga kebutuhan pokok merangkak naik, terutama telur dan daging ayam.
Di pasaran, harga daging ayam potong mencapai Rp36.000 hingga Rp37.000 per kilogram (kg). Naik dari sebelumnya Rp34.000 per kg. Sementara harga telur naik dari Rp20 ribu menjadi Rp27 ribu per kg.
Salah satunya di Pasar Citeureup II, Kabupaten Bogor. Pedagang daging ayam, Firmansyah (31) mengatakan, kenaikan harga saat ini terbilang tinggi, yakni mencapai Rp38 ribu per kilgoram.
Dia mengaku bahwa kenaikan harga sudah dirasakan sejak beberapa hari lalu. Bahkan, kenaikan harga kali ini berbanding terbalik dengan tahun-tahun sebelumnya.
“Dampaknya lumayan terasa. Biasanya kalau dijual dengan harga normal, kita bisa jual sampai 50 ekor. Sejak naik empat hari ini cuma laku 30 ekor,” kata dia.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan, Agung Hendriadi, menjamin harga segera turun. ”Semua sudah sepakat untuk turun ke harga acuan pemerintah (HAP),” kata Agung.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan I Ketut Diarmita menyebutkan, secara umum, tidak ada masalah dengan produksi telur dan daging ayam nasional.
Berdasar prognosis keter-sediaan, produksi daging ayam 2018 sebesar 3.565.495 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi sebesar 3.047.676 ton. ”Sehingga terjadi neraca surplus sebanyak 517.819 ton,” terang Ketut.
Khusus untuk bulan puasa dan Lebaran yang jatuh pada Mei dan Juni 2018, Ketut mengatakan bahwa ketersediaan daging ayam sebanyak 626.085 ton dengan kebutuhan konsumsi 535.159 ton. Dengan begitu, masih ada surplus 90.926 ton.
Begitu juga ketersediaan telur ayam. Pada 2018, produksi sebanyak 2.968.954 ton dengan jumlah kebutuhan konsumsi 2.766.760 ton. Dengan demikian, kelebihan stok nasional sebanyak 202.194 ton.
Khusus untuk ketersediaan telur selama bulan puasa dan Lebaran (Mei–Juni 2018), produksi dalam negeri sebesar 521.335 ton, sedangkan kebutuhan konsumsi 485.831 ton. ”Sehingga ada kelebihan stok sebanyak 35.504 ton,” jelas Ketut.
Ketut menekankan, jika dilihat dari data ketersediaan ayam, daging dan telur ayam saat ini berada dalam posisi surplus atau berlebih, bahkan sudah diekspor ke beberapa negara. Karena itu, seharusnya tidak terjadi kenaikan harga. Namun, ada faktor eksternal.
”Kami harapkan harganya stabil terjangkau. Jika naik pun, diharapkan tidak terlalu tinggi,” ucapnya.(tau/c11/ang)