25 radar bogor

Melihat Perkembangan Urban Farming dan Agrowisata di Margajaya

KOMPAK: Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian IPB menggelar ekspose hasil praktikum akhir semester di agrowisata Kelurahan Margajaya.

Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB mempunyai cara sendiri dalam mengaplikasikan ilmu yang didapatkan di kelas. Yakni dengan menggelar ekspose hasil praktikum akhir semester, kemarin (13/5).

Kali ini, mata kuliah Pengelolaan Lanskap dan Pengelolaan Lanskap Berkelanjutan yang dikoordinasi oleh Prof Hadi Susilo Arifin, dengan tim dosen Kaswanto, Syartinilia, Prof Wahju Qamara, dan Aris Munandar bersama Kelurahan Margajaya, melaksanakan ekspose langsung “on the site”.

Prof Hadi mengatakan, momentum ini sangat tepat, karena Margajaya yang meraih Juara II Kampung Tematik 2017, akan me-launching Pasar Rakyat Tani seba­gai wujud inisiasi Margajaya meng­embangkan pertanian perkotaan dan agrowisata.

“Jadi, pemilik Pondok Syahir, Ibu Yunis Liana Suprapto mengini­siasi ide pembukaan Pasar Rakyat Tani ini dikaitkan dengan event cucurak, yang biasa dirayakan dalam menghadapi awal Ramadan,” ujarnya.

Margajaya, kata Hadi, meru­pakan salah satu kelurahan di Kota Bogor yang memiliki potensi lanskap perta­nian yang sangat luar biasa. Itu didukung dari ham­paran sawah dan sistem irigasi yang baik, sehingga mampu mengha­silkan padi yang diharapkan tetap berke­lanjutan. “Saya meli­hat produk­si ’pare anyar’, padi yang baru dipanen men­jadi unggulan Margajaya,” bebernya.

Adanya lahan kering, berupa kebun campuran, talun tepi sungai dan pekarangan, sangat potensial untuk dipertahankan sebagai lanskap produktif, yang memiliki peluang sebagai objek wisata pertanian atau agrowisata. Apalagi, menurut Hadi, keberadaan Sungai Cisindangbarang, sumber air yang tidak pernah kering dan adanya saluran irigasi, dapat menjadi objek atraksi wisata pertanian yang tidak hanya untuk tanaman, tapi juga berpeluang bagi atraksi per-i­kanan dan peternakan.

“Inisiasi pengembangan urban farming dan agrowisata ini sangat potensial dan pros­pektif. Melihat isu ketahanan pangan, kedaulatan pangan dan kemandirian pangan masih merupakan isu hangat, karena itu kita bergerak dari bawah. Dimulai pada skala keluarga melalui pemanfaatan lanskap pekarangan, dan lanskap pertanian lainnya yang ada di Margajaya,” ucapnya.

Sementara, selain pemerintah Kelurahan Margajaya dan Pondok Syahir yang mendukung inisiasi ini, juga ada Rumah Kepe­mimpinan, Posdaya, Nusagrow, kelompok tani, PKK dan Karang Taruna saling bergan­deng tangan yang didukung oleh Bappeda Kota Bogor, dalam perencanaan dan pengemba­ngan Margajaya sebagai ikon urban farming dan agrowisata.

“Harapannya, lanskap perta­nian Margajaya tetap bisa men­jadi oase di tengah marak­nya pembangunan fisik kota yang pesat. Diupayakan agar ben­tang alam dengan produksi ragam hasil pertanian yang ada di Margajaya ini bisa berkelanjutan,” pungkasnya. (ran/*)