25 radar bogor

Persebaya Segera Ajukan Banding

Pemain Persebaya Surabaya (dok. Jawa Pos)

JAKARTA–RADAR BOGOR,Persebaya Sura­baya tampaknya harus merogoh koceknya sangat dalam un­­tuk membayar denda di pekan ketujuh Liga 1. Sebab, sesuai dengan keputusan Ko­misi Disiplin PSSI, Green Force wajib membayar denda total Rp410 juta karena tindakan kurang terpuji yang dilakukan oleh suporter, panpel, serta pemainnya ketika men­jamu Arema FC di Stadion Ge­lora Bung Tomo pada 6 Mei lalu.

Yang paling besar adalah tentang tindakan suporter. Komdis PSSI menjatuh­kan sanksi sebesar Rp 300 juta. Bonek dinilai terbukti me­lakukan lemparan botol, me­nyalakan flare dan smoke bomb, maskot Persebaya (Zoro) me­ngacungkan jari tengah ke pemain Arema FC, serta pem­balikkan nama Arema FC di papan skor.

Selanjutnya panpel didenda Rp100 juta karena dinilai ti­dak memberikan rasa aman kepa­da tim tamu. Adanya suporter yang mengencingi gawang lawan juga masuk catatan tersebut. yang terakhir Rp10 juta diberikan kepada pemain Persebaya Oktafianus Fernando karena mengangkat pe­main terlalu tinggi.

Ovan –sapaannya- juga dilarang main sebanyak dua kali. Denda yang dinilai aneh bin ajaib itu membuat ma­najemen Persebaya berang. Manajer Persebaya Chairul Basalamah menilai denda itu terlalu mengada-ada. Tidak sesuai fakta dan sangat memberatkan tim.

’’Gini lo perbandingannya. Yang turun ke lapangan dan menghentikan pertandingan saja kena berapa. Kami yang aman-aman saja tidak ada masalah kok lebih tinggi, kami anak baru kok di-plonco seperti ini,’’ tegasnya.

Pria yang akrab disapa Abud itu mengatakan bakal menga­jukan banding terkait sanksi itu. hari ini, surat banding akan dilayangkan kepada Komdis PSSI. ’

’Masalah Ovan juga paling kami soroti, harus ada sebab akibat dong ketika ngasih sanksi. Ovan melakukan itu karena Hendro (Siswanto) menginjak duluan. Kok huku­man keduanya sama, mana keadilannya?’’ paparnya.

Ketika masih dipusingkan masalah sanksi, Persebaya kembali diuji kesabarannya. Kali ini perihal kinerja wasit Mustafa Umarela yang me­mim­pin pertandingan antara Borneo FC melawan Persebaya. Abud menegaskan kepemimpi­nan wasit sangat buruk dan merugikan timnya.

Salah satu yang paling dirugi­kan adalah gol offside yang dicetak oleh Lerby Eliandry di menit ke-86. Padahal, dalam tayangan lambat gol sundulan tersebut terbukti dilakukan dalam posisi offside. Bahkan, hakim garis sempat terlihat mengangkat bendera pertanda Lerby offside tapi kemudian membatalkannya.

Karena itu, Abud menegas­kan akan mengirimkan surat pro­tes. Menurutnya, sepak bola Indonesia tidak bisa maju jika kepemimpinan wasit selalu condong ke tuan rumah. ’’Ini jelas merugikan kami. Kami harusnya bisa menang, tapi karena tindakan wasit itu kami gagal,’’ ucapnya.

Sayangnya, baik Komdis ataupun Komite Wasit PSSI ti­dak ada satu pun yang men­jawab perihal protes Perse­ba­y­a. Ketua Komdis Asep Edwin yang dihubungi Jawa Pos berkali-kali via telpon tidak menjawab. Begitu pula ang­gotanya seperti Dwi Irianto juga sama sekali tidak men­ja­wab panggilan.(rid)