25 radar bogor

Bejat! Kenal di Medsos, Siswi SMP Ini Digilir Tiga Pria Selama Dua Hari

Ilustrasi

KUDUS-RADAR BOGOR, Anggrek (14), bukan nama sebenarnya, berubah menjadi pendiam. Sering tidur dan murung di kamar. Dia juga tidak mau berangkat sekolah. Tidak jelas alasannya. Perempuan ABG itu juga membatasi komunikasi dengan keluarga. Peristiwa itu terjadi sehari setelah dia menghilang.

Tendy Suci Atmoko, kuasa hukum Anggrek mengaku, Anggrek enggan berbicara. Dia hanya bercerita bertemu temannya. Ragu pengakuan korban, Tendy pun membawa Anggrek ke psikolog. Saat itulah Anggrek baru mau ngomong. Dia mengaku jadi korban pemerkosaan. Tak tanggung-tanggung, korban digilir tiga pemuda selama dua hari.

Kronologinya, korban diajak ketemu lelaki berinisial AIK, seorang driver ojol Kudus. Dia kenal melalui media sosial. Keduanya lantas kopi darat pada Kamis pagi (26/4) lalu. Korban dijemput di gang dekat rumahnya.

Anggrek diajak ke Taman Oasis, di Jalan Lingkar Utara, Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Setelah mengobrol lama, korban dibawa ke area persawahan di Kecamatan Bae. Di sanalah Angrek diduga disetubuhi. Setelah itu, diajak jalan-jalan hingga sore hari.

Setelah kejadian itu, korban tidak berani pulang. Dia disarankan menginap di rumah lelaki berinisial EBT. Belum jelas hubungan antara driver ojol AIK dan EBT. Anggrek diserahkan kepada EBT di hari yang sama. Anggrek dibawa ke rumah keluarga EBT di daerah Jati. Nahas, kejadian pemerkosaan itu terulang kembali.

Paginya (27/4) sekitar pukul 10.00, lelaki berinisial YUF, 19 (pacar Anggrek) menjemput Anggrek di sekitar Museum Kretek. Setelah dijemput, korban dibawa ke Jekulo dan disetubuhi di rumah milik saudara YUF.

Kemudian, sekitar pukul 19.00 Anggrek diantar pacarnya pulang ke rumah. Khawatir ketahuan keluarga Anggrek, YUF enggan pulang ke rumahnya hingga pukul 00.00. Setelah itu orang tua korban memaksa YUF pulang. ”Kejadiannya rumit. Beruntung korban sudah berani bercerita kepada kami,” ungkap Tendy.

Dia mengaku, Anggrek sulit berkomunikasi. Karena menghilang dua hari, keluarga curiga korban mengalami kekerasan. Maka, Tendy dan rekannya mengajak korban ke psikolog pada Senin (30/4) lalu. Setelah melalui proses panjang, korban akhirnya bercerita.

”Menurut keterangan psikolog, Anggrek ini lamban dalam berpikir dan bertindak. Dia tidak mengerti tentang persetubuhan dan dampaknya. Juga tidak mengerti perbuatan itu salah atau tidak. Maka tidak heran kami mengalami kesulitan dalam berkomunikasi,” ungkapnya.

Korban juga diajak visum. Dari hasil visum, korban diduga mengalami kekerasan seksual. Hasil visum itu dibawa ke polres sebagai bukti. Saat ini korban mengalami trauma berat dan enggan berkomunikasi dengan orang lain. Sejak kejadian itu, Anggrek tidak mau sekolah. Untuk itu, pihaknya meminta bantuan Yayasan Jaringan Perlinduangan Perempuan dan Anak (JPPA).

Ketua Bidang Sosial Yayasan JPPA Noor Hani’ah belum bisa berkomentar lebih banyak tentang masalah ini. Sebab, pihaknya belum mempelajari permasalahan Anggrek. Jika diminta mendampingi, pihaknya siap membantu. ”Nanti akan kami dampingi. Sebab korban kekerasan seksual tentunya mengalami trauma yang berat,” ungkapnya. (ysp)