25 radar bogor

Pohon Depan Transmart Ditebang, Dewan Siap Cecar Pemkot

JADI GERSANG: Belasan pohon ditebang di tepian Jalan KH Abdullah Bin Nuh, tepatnya di depan proyek gedung Transmart Carrefour, sejak Senin hingga kemarin (23–24/4).

BOGOR,RADAR BOGOR,Hilangnya 18 pohon di tepian Jalan KH Abdullah Bin Nuh, membuat Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, Heri Cahyono merasa terpukul. Ia siap menelusuri alasan Pemkot Bogor memberikan izin terhadap penghilangan belasan pohon itu.

Pegiat lingkungan ini merasa kecewa ketika mengetahui hal tersebut. Pasalnya, kondisi tersebut bertolak belakang dengan Kota Bogor yang biasa disebut sebagai green city.

“Masa, green city kayak begini? Kan setiap dua meter seharusnya ada pohonnya. Saya yang termasuk pegiat lingkungan, orang yang paling sakit hati ketika melihat pohon ditebang,” ucapnya kepada Radar Bogor di kantornya, kemarin (24/4).

Heri mengaku akan menelusuri terkait izin penghilangan belasan pohon tersebut. Kemudian, meskipun berizin, menurutnya, harus ada konsekuensi yang wajib dipenuhi pihak yang menghilangkan pohon. “Pasti, ini akan saya kejar, kemudian bagaimana konsekuensinya. Karena menebang pohon itu, walaupun ada izinnya, tetap ada konsekuensinya. Nanti akan kita kroscek kepada pihak terkait,” terangnya.

Salah satu inisiator Gerakan Tanam Pohon (GTP) itu merasa heran dengan Pemkot Bogor yang terkesan tidak mendukung terwujudnya jalur hijau di Kota Bogor. Ketika ia melakukan aksi tanam pohon di beberapa titik Kota Bogor setiap Minggu pun, menurutnya, tidak disambut baik para pejabat di lingkungan pemkot.

“Tiap Minggu kita nanam pohon, kita ajak kepala dinasnya tapi tidak ada yang mau. Giliran ada yang nebang pohon didiemin. Kacau ini,” kata Heri.

Kini, hampir semua jalanan di Kota Hujan terlihat gersang. Beberapa jalan yang dihiasi pohon rindang bisa dihitung dengan jari. Seperti, Jalan Semeru, Jalan Ahmad Yani, Jalan Pemuda, Jalan Dadali.

“Jalan Kota Bogor kan harusnya rindang. Bahkan di pertigaan Yasmin itu ke arah Semplak, ada ruko juga, itu kayak di gurun tidak ada pohonnya. Harusnya dijebol conblok-conblok-nya lalu ditanami,” ketusnya.

Kondisi tersebut, menurutnya, menjadi suatu ironi. Ketika di tempat lain beberapa bangunan tepian jalan dibongkar guna menanam pohon, di Kota Bogor malah sebaliknya.

“Di Surabaya, bangunan yang ada saja dijebol untuk tanam pohon, kita malah sebaliknya. Menanam pohon itu lama, seenaknya saja ditebangin. Justru orang yang punya ruko itu harusnya menanam pohon di depannya,” tukasnya.(fik/c)