25 radar bogor

Elektabilitas Turun, Partai Pengusung Diminta Evaluasi Pencapresan Prabowo

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat menggelar pertemuan dengan PAN dan PKS untuk membahas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Barat. Acara pertemuan tersebut digelar di kediaman Prabowo di Jalan Kertanegara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (1/3).

JAKARTA-RADAR BOGOR, Tingkat elektabilitas Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang cenderung berada di bawah angka 30 persen harus menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan evaluasi pencapresan.

Begitu kata pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing kepadaKantor Berita Politik RMOL, Selasa (24/4).

Elektabilitas Prabowo selama ini jauh berada di bawah rivalnya, petahana Presiden Joko Widodo. Di survei Median, elektabilitas Jokowi 36,2 persen, sementara Prabowo 20,4 persen. Sedangan hasil survei Cyrus Network, Jokowi 58,5 persen dan Prabowo 21,8 persen.

Sementara hasil pertanyaan terbuka yang dirilis Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai KOPI) elektabilitas Jokowi 35,1 dan  Prabowo 12,0 persen.

Jarak elektabilitas yang jauh antar keduanya kembali tergambar dalam hasil survei teranyar Litbang Kompas. Dalam survei ini, Jokowi mendapat elektabilitas 55,9 persen dan Prabowo 14,1 persen.

“Melihat dari sudut itu, Prabowo dan partai pengusungnya perlu melakukan evaluasi dan kalkulasi politik yang matang, sehingga apakah tetap maju atau tidak. Tapi realitas yang ada sekarang tampaknya perlu ada pengkajian yang sangat dalam,” ujarnya.

Kata Emrus, kemungkinan Prabowo jadi king maker masih terbuka. Apalagi, mantan Danjen Kopassus itu masih belum mendeklarasikan diri sebagai calon presiden.

“Prabowo belum menyatakan secara definitif untuk maju. Sehingga tidak salah kalau memang ada keputusan jadi king maker,” tukasnya.

Kata Emrus, Prabowo terbilang sukses sebagai king maker. Sebab dia berhasil mengorbitkan nama-nama beken seperti, Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, dan Anies Baswedan.

“Udah bawa Jokowi, Ahok, Anies, kenapa nggak jadi king maker saja?” tutup Emrus. (ysp)