25 radar bogor

Kepsek Protes Pengurangan Kuota SNMPTN

KESULITAN: Sejumlah siswa di salah satu sekolah tengah mengakses situs snmptn

BOGOR–RADAR BOGOR,Berkurangnya kuota se­leksi nasional masuk per­­guruan tinggi negeri (SNMPTN) dikeluhkan berbagai pihak. Kepala SMAN 1 Kota Bogor, Bambang Aryan mengakui, jumlah siswa didiknya yang diterima di PTN melalui jalur SNMPTN berkurang. Meski tidak drastis lantaran kuota hanya 30 persen, tentu jumlah pengurangan tersebut sangat disayangkan.

Jika dirinci, sebanyak 22 siswa SMAN 1 Bogor masuk Institut Teknologi Bandung (ITB), 13 siswa masuk Universitas Indonesia (UI), 13 siswa masuk Institut Pertanian Bogor (IPB), 7 siswa masuk Universitas Padjadjaran (Unpad), 5 siswa masuk Universitas Gadjah Mada (UGM), serta 1 siswa masuk Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

”Ada 22 siswa SMAN 1 masuk ITB, 13 orang masuk UI, 13 ke IPB, 7 ke UGM dan satu siswa masuk ITS,” jelasnya kepada Radar Bogor, kemarin (19/4).
Bambang yang juga Ketua MKKS SMA Kota Bogor mengatakan pengurangan kuota disayangkan beberapa sekolah. Tapi, ada juga beberapa sekolah yang justru mengalami peningkatan jumlah peserta yang lolos seleksi SNMPTN.

Seperti, SMAN 4 dan SMAN 7. ”SMAN 4 justru meningkat jumlah yang diterimanya, dari 18 menjadi 28 anak,” kata dia.

Di SMAN 6 Kota Bogor, jumlah siswa yang lolos seleksi SNMPTN sebanyak 48 anak. Mayoritas mereka masuk ke Universitas Padjadjaran Bandung.

Kepala SMAN 6 Kota Bogor, Aidawati menjelaskan, siswanya yang masuk ke PTN melalui SNMPTN, antara lain IPB 10 siswa, Unpad 11, UI 3, Universitas Brawijaya 3 siswa, UPI 3, UNJ 2, Universitas Sebelas Maret 1, UPN Yogyakarta 2, UPN Jakarta 1, serta Universitas Jenderal Sudirman 1 siswa.

”Jumlah ini tentu berkurang dari tahun lalu. Tapi, saya belum tahu data tahun lalu. Yang pasti berkurang. Tapi tetap lulusan SNMPTN tiap tahun selalu konsisten di beberapa fakultas yang terbaik di PTN yang terbaik juga,” ujarnya.

Sama halnya di SMAN 2 Kota Bogor. Tahun ini, lulusan SMAN 2 Kota Bogor mendapatkan kuota 55 anak yang lolos SNMPTN. Dengan rincian 21 siswa masuk Unpad, 14 masuk IPB, 5 orang masuk ITB, 4 orang masuk UI, 2 orang ITS, 2 UPN Jakarta dan Yogyakarta, serta beberapa di PTN lainnya.

Wakasek Humas SMAN 2 Ade Hartini mengatakan, untuk jumlah tahun ini sangat disayangkan berkurang dari tahun lalu. Dari kisaran 89 anak di SNMPTN tahun lalu menjadi 55 anak. Tapi, kata dia, untuk peringkat PTN, lulusan SMAN 2 masih konsisten masuk ke beberapa PTN yang memiliki saingan berat.

“Meski berkurang, tetap Unpad masih favorit paling banyak di SMAN 2. Selanjutnya IPB. Nah, kalau urutan banyaknya ke mana memang konsisten tahun ke tahun, kalau tidak Unpad yang banyak, IPB, atau UI dan ITB,” bebernya.

Sementara itu, data dari Kantor Cabang Dinas (KCD) 2 Wilayah Kota Bogor dan Depok, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, sekolah dengan jumlah siswa terbanyak lolos SNMPTN adalah SMA Negeri 3 Kota Bogor. Tercatat, sebanyak 65 siswa dari SMAN 3 Kota Bogor diterima di PTN.

Kepala KCD 2 Wilayah Kota Bogor dan Depok, Dadang Ruhiyat mengatakan, sekolah dengan jumlah siswa terbanyak kedua yang lolos SNMPTN adalah SMA Negeri 1 Kota Bogor.

Dadang mengatakan, sementara ini sekolah yang memberikan data siswa lolos SNMPTN adalah sekolah negeri. Sehingga, menurutnya jumlah siswa Kota Bogor yang masuk di PTN lebih banyak dari data yang dipegangnya.

“Tapi, mereka memiliki slot SNMPTN, dan banyak juga yang lolos. Seperti SMA Regina Pacis atau SMA Yayasan Persaudaraan Haji Bogor (YPHB),” terangnya.

Terpisah, Wakil Kepala SMA Negeri 5 Kota Bogor, Dewi Suhartini menjelaskan bahwa di sekolahnya ada 54 siswa yang lolos dalam SNMPTN kali ini. “Allhamdulillah kali ini ada sebanyak 54 siswa kami yang lolos,” ujarnya.

Jika dirincikan, 21 siswa masuk IPB, 12 siswa masuk UI, 10 siswa masuk Unpad, 3 siswa masuk UNJ, 2 siswa masuk UPN Veteran Yogyakarta, 2 siswa masuk Universitas Jenderal Soedirman, 1 siswa masuk Universitas Brawijaya, 1 siswa masuk ITB, 1 siswa masuk ITS, serta 1 siswa masuk UPI.

Terpisah, Wakil Kepala SMA Negeri 4 Kota Bogor, Mamat Suherman membeberkan, di sekolah yang dipimpinnya ada 28 siswa yang lolos dalam SNMPTN 2018.

Jika dirinci, 13 siswa masuk IPB, 4 siswa masuk UI, 3 siswa masuk UNJ, 3 siswa masuk Unpad, 2 siswa masuk Universitas Brawijaya, 1 siswa masuk Undip, 1 siswa masuk UPI, 1 siswa masuk Universitas Lampung.

Sedangkan di Kabupaten Bogor, Kepala SMAN 1 Leuwiliang Agus Purwanto mengatakan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menjadi primadona pilihan siswanya.

“Ada 16 siswa yang diterima di UPI,” kata Agus.

Selain itu, yang diterima di IPB hanya 5 siswa. Sisanya tersebar di beberapa universitas di luar Bogor seperti UPN “Veteran” Jakarta, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, Universitas Negeri Jakarta, dan Universitas Padjadjaran Bandung.

Fasilitas Sekolah Mempengaruhi

Praktisi pendidikan yang juga Rektor Universitas Pakuan Bibin Rubini mengatakan, angka kelulusan SNMPTN yang fantastis dari mayoritas sekolah favorit ditentukan melalui beberapa perbedaan antara cara belajar sekolah favorit dan non-favorit. Perbedaan pertama, kata Bibin adalah metode rote learning.

“Artinya, hafalan. Nah, masih ada sekolah yang masih mengajarkan metode seperti ini. Imbasnya, seorang murid tidak bisa mengeksplorasi dan mengembangkan hal-hal selain apa yang telah ia hafal. Dia jadi statis dalam mengembangkan segala hal,” jelasnya kepada Radar Bogor.

Metode yang kedua, lanjut Bibin, adalah meaning full learning. Artinya, belajar mengembangkan makna yang konteksnya lebih luas dan mendalam. Seorang siswa tidak hanya terpaku memahami apa yang ada di hadapannya. Ia bisa mengem­bangkan dan mengeks­plorasi diri tanpa harus terpaku pada apa yang ia hafal.

“Salah satu ciri-ciri sekolah favorit itu, penekanan belajarnya diarahkan pada meaning full learning. Ini harus benar-benar dipahami oleh seorang guru. Sehingga ia tidak hanya mengajarkan apa yang dia tahu, tapi bisa mengajar apa yang siswa mau,” ungkapnya.

Spiralitas atau keterkaitan antarkurikulum pun, menurut Bibin, harus diperhatikan. Sebab, seorang guru dapat me-review kembali apa yang telah diberikan kepada siswa pada minggu lalu, sehingga di minggu ini ada perbaikan.

“Begitu juga hari ini harus lebih baik dari esok. Hari esok pun seterusnya. Dan ini bukan hanya sebatas materi pelajaran, tapi yang terjadi di kelas, seorang guru harus memperhatikan dan mengevaluasikan itu semua,” jabarnya.

Tak kalah penting, menurut Bibin, fasilitas memberikan dampak dan pengaruh yang sangat besar bagi sekolah-sekolah favorit dalam pengembangan dunia pendidikan. Wajar saja jika ternyata sekolah favorit mendominasi kelulusan. Kata Bibin, itu disebabkan perangkat pendidikan seperti fasilitas pun ditunjang dengan sangat baik.

“Ini perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Jangan sampai hanya sebatas pada SNMPTN. Tapi harus ada evaluasi ke depannya bagi sekolah-sekolah yang masih dikatakan belum masuk kategori favorit. Pembinaan dan pengembangan sekolah-sekolah yang belum favorit menjadi favorit, wajib hukumnya diperhatikan oleh pemerintah,” tegasnya.

Sementara itu, pengembangan sumber daya manusia para guru, menurut Bibin, juga penting. Artinya, ada sinergitas yang baik antara fasilitas sekolah dan SDM para guru.

“Guru yang baik harus bisa memberikan pengaruh kepada siswa. Kalau tidak bisa, siswa tidak akan terbiasa dengan pengembangan SDM. Makanya, pengembangan fasilitas sekolah dan guru harus sejalan dan seimbang,” kata Bibin.

Setidaknya, menurut Bibin, ada tiga tipe guru yang harus dimiliki oleh setiap sekolah (terlepas dari favorit atau tidaknya). Pertama, seorang guru harus profesional. Kedua, ada waktu yang tercurah untuk mengembangkan kapasitas dan kapabilitas keilmuannya. Ketiga, ada curahan waktu dan perhatian untuk anak didik di sekolah.

“Tiga hal ini sangat penting untuk menentukan kualitas sebuah sekolah,” katanya.

Bibin berharap kepada pemerintah daerah agar selalu memperhatikan sekolah-sekolah yang masih membutuhkan pembinaan dan pengembangan. “Itulah tindak lanjut yang harus dicapai dari SNMPTN,” pungkasnya.(fik/ran/cr3/d)