25 radar bogor

Curah Hujan Tinggi karena Non Zom

KERJA BAKTI : Masyarakat melakukan evakuasi material longsor akibat curah hujan yang tinggi, sehingga menyebabkan beberapa kecamatan terdampak bencana.

Padahal puncak musim penghujan telah berlalu. Yakni antara medio Februari hingga akhir Maret. Tapi, curah hujan tetap berlangsung dalam inten­sitas ringan hingga tinggi di awal musim kemarau.

Hal itu disebabkan adanya Non Zona Musim atau Non Zom. Merupakan sebutan bagi wilayah atau daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak m­e­mil­iki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dengan penghujan.

Kasklim BMKG Bogor Budi Suhardi mengungkapkan, ci­ri-ciri utama wilayah Non Zom tidak memiliki masa musim yang jelas. Sementara suatu wilayah yang ada perbedaan antara awal musim kemarau dan awal musim hujan disebut Zom. ”Bogor ini termasuk ka­wasan Non Zom yang tidak jelas kapan awal musim hujan dan kemarau,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Saat ditanya terkait efek dari Non Zom, Budi menjawab ter­dapat beberapa keuntungan wilayah yang termasuk da­lam kategori Non Zom. ”Untuk wilayah yang curah hujannya banyak seperti Bogor, itu sa­ngat menguntungkan untuk perta­nian tipe sawah tadah hujan. Sehingga pengairan di wilayah Non Zom tidak terlalu repot mengandalkan irigasi. Efek buruknya sendiri saya rasa tidak ada. Hanya ketidakjelasan saja untuk awal musim dan akhir musim kemarau dan hujan,” kata dia.

Ciri-ciri lainnya, masih kata Budi, wilayah Non Zom memiliki rata-rata curah hujan tahu­nan cukup tinggi. Sekitar 150 mm per tahun. Bahkan saat mu­sim hujan, untuk curah hujan da­lam persepuluh hari (dasarian) lebih dari 50 milimeter. Sementa­ra untuk awal musim kemarau­nya, ditetapkan berdasarkan jum­lah curah hujan dalam satu dasarian kurang dari 50 mm.

Adapun ciri-ciri lain dari wi­la­yah Non Zom, masih kata Budi, biasanya diapit oleh pe­gunungan. Bogor sendiri di­ke­li­lingi oleh tiga gunung be­sar seperti Gunung Gede, Gunung Salak, Gunung Pang­rango. Ditam­bah bebuki­tan yang cukup panjang. Itu yang mem­buat struktur curah hujan Bogor cukup tinggi, sehing­ga masya­rakat menyebutnya ko­ta hujan.

Menanggapi timbulnya ben­ca­na pascahujan, beberapa pe­merintah kecamatan di wi­la­yah barat telah siap siaga un­t­uk mengantisipasinya.

Camat Cigudeg, Acep Sajidin mengaku telah mengetahui kondisi beberapa infrastruktur yang rusak diterjang hujan, longsor, maupun banjir. ”Ka­mi terus amati kondisi a­lam dan wilayah. Saya juga cukup pri­hatin dengan musibah di Ke­­ca­matan Jasinga, kemu­dian longsor di Nanggung, ju­ga keru­sakan di sejumlah wila­yah. Se­moga musibah ini se­ge­ra berlalu,” ujar Acep di ruang kerjanya.

Saat ditanya terkait kerusa­kan infrastruktur di wilayah Cigu­deg, Acep menjawab belum men­dapatkan laporan dari ma­syarakat terkait adanya bencana di wilayah­nya. Na­mun begitu, pihak muspika terus melakukan piket siaga 24 jam secara rutin.(cr3/d)