25 radar bogor

Lahan Cipamingkis Beralih Fungsi

Arifal/rada bogor RUSAK: Lahan Perhutani yang rusak di Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamamur, Kabupaten Bogor, kemarin.

SUKAMAKMUR-RADAR BOGOR, Bencana banjir bandang yang terjadi di Kampung Catang Malang Rawa Eyod, Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamakmur, beberapa waktu lalu, diduga dipengaruhi banyaknya pembukaan lahan untuk pembangunan kawasan pariwisata modern, perumahan, dan penambangan liar. Selain itu, adanya pembalakan liar juga ditengarai penyebab utama Sungai Cipamingkis meluap.

“Penambang batu sungai di sini banyak, dan lokasi wisata pinus yang tersapu banjir bandang itu ada banyak bangunan. Mulai warung hingga penginapan. Jadi, itu menjadi salah satu penyebab kenapa air langsung meluap,” ujar Yusuf (34) warga RT 01/2 Desa Sukawangi, Kecamatan Sukamamur, kepada Radar Bogor.

Menurutnya, tak heran jika banjir bandang terjadi di Sukamakmur lantaran adanya aktivitas penambang batu dan juga banyaknya resapan air yang hilang.

Pantauan wartawan koran ini, kondisi Sungai Cipamingkis memang sudah sangat dangkal, bahkan kedalamannya kurang dari satu meter. Namun ketika tidak hujan, sungai mengering.

Begitu pun dengan kawaan hutan pinus dari Kampung Rawa Eyod hingga Kampung Arca. Sejumlah pohon tumbang dan tebing longsor sangat mudah dijumpai. Saat ini, luas lahan Perhutani di Kecamatan Sukamakmur tercatat 157 hektare.

Dari total tersebut, satu hektare di antaranya dalam kondisi rusak. “Iya, ada satu hektare lahan Perhutani yang rusak di sini (lokasi banjir bandang, red),” ujar Asisten Perhutani (Asper) dan Kepala Resort Pemangku Hutan (KRPH) Kabupaten Bogor Yana Yunara.

Menurut Yana, keberadaan bangunan liar di kawasan Perhutani menjadi salah satu faktor terjadinya bencana alam. “Ada 20 bangunan liar yang berada di lahan Perhutani. Nanti kami tertibkan,” tegasnya.

Hal itu pun diamini Kepala Resort Pemangku Hutan Cipamingkis, Dahlan. Ia memaparkan, kondisi lahan yang rusak di kawasan Perhutani bukan saja di lokasi banjir bandang Sukawangi.

Masih banyak titik lahan Perhutani di Cipamingkis dalam kondisi rusak. “Jadi, lebih dari satu hektare kerusakannya, tapi kami belum tahu. Saat ini kami masih menginvetarisasi titik-titik kawasan Perhutani yang rusak,” tutupnya.(all/c)