25 radar bogor

Sopir Bus Ngamuk, Tolak Tarif Murah Bus Transjakarta

ilustrasi

CILEUNGSI–RADAR BOGOR, Pemberlakuan ganjil-genap di Tol Cibubur rupanya menim­bulkan masalah baru. Kebijakan Badan Penge­lola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menambah armada Transjakarta di jalur Cileungsi-Jakarta dengan tarif murah menuai protes. Akibatnya, ratu­­san sopir bus mengamuk dan meng­geruduk Terminal Cileungsi, Senin (16/4).

Aksi tersebut sempat diwarnai penyan­deraan. Empat dari lima unit bus Tran­sjakarta yang baru beroperasi tersebut sempat disandera ratusan sopir bus dan angkutan umum.

Pantauan Radar Bogor, penyan­deraan dilakukan saat bus Transjakarta sedang menunggu penumpang di Metland Trans­­yogi, Keca­matan Cileu­ngsi. Pe­­numpang yang sudah te­­lanjur berada di dalam bus tersebut diminta turun.

“Turun dulu semuanya, turun dulu!” teriak salah seorang sopir bus yang mengikuti aksi sweeping. Bus Transja­karta sempat terhambat sejak pukul 06.30 WIB hingga pukul 12.00 WIB.

“Tarif yang diterapkan BPTJ terlalu murah yakni Rp10 ribu. Kita kan sudah meningkatkan fasilitas armada bus kita. Itu pakai modal besar. Eh, tiba-tiba dihajar dengan bus Trans­jakarta dengan harga murah,” cetus Sobirin, salah satu pen­demo, kepada Radar Bogor.

Menurutnya, jika hal tersebut dibiarkan, tak menutup kemungkinan para pengusaha po bus akan gulung tikar.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Moda Transportasi Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, Dudi Rukmayadi meng­akui, sejak diberlakukannya sis­tem ganjil-genap di Tol Cibu­bur, ada penambahan armada Transjakarta dari BPTJ.

”Karena tarif yang diterapkan terlalu murah, membuat para sopir bus dan angkot melakukan unjuk rasa,” katanya.

Sementara itu, Kepala BPTJ Bam­bang Prihar­tono mengata­kan, dirinya sudah melakukan mediasi dengan para PO bus. Dari hasil mediasi tersebut, BPTJ sepakat meman­faatkan armada PO bus yang selama ini bero­perasi di Jalur Cileungsi-Jakarta.

“Kami akan cari­kan solusi. Terlebih saat ini diberlakukan ganjil-genap di Tol Cibubur,” katanya seusai mediasi di Terminal Cileungsi.

“Namun, saat armada-armada PO bus yang ada tidak lagi mampu menam­pung penum­pang, kita baru tambah armada bus Transjakarta,” tutupnya. (all/c)