BOGOR–RADAR BOGOR,IPB terus berinovasi. Kemarin (11/4) giliran sekolah vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB) bekerja sama dengan Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (PSP3) serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB, menyelenggarakan ‘Workshop Program Pemetaan Desa’ di Ballroom IPB International Convention Center.
Kegiatan tersebut, dalam rangka mendapatkan masukan dari pakar, praktisi maupun masyarakat terkait rencana sekolah vokasi untuk membuka program dengan keahlian pemetaan desa.
Kali ini, ada lima pembicara yaitu Dirjen Pembangunan Kawasan Pedesaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Prof.
Ahmad Erani Yustika, perwakilan Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik, Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia Najib Khoerul Amin, Wakil Rektor IPB Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Drajat Martianto, Kepala PSP3 LPPM IPB Sofyan Sjaf, serta Direktur Program Diploma IPB Bagus Priyo Purwanto.
Masing-masing pemateri memaparkan tentang pentingnya pembangunan desa untuk kemajuan Indonesia. Sebab, jumlah desa dari Sabang sampai Merauke mencapai lebih dari 74 ribu desa.
Najib Khoerul Amin menegaskan, dalam proses pengembangan desa sangat diperlukan adanya pemetaan, lebih tepatnya peta batas.
Menurut dia, hal itu penting dimiliki suatu desa dan secara jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa syarat pembentukan desa baru meliputi batas wilayah dalam bentuk peta yang ditetapkan bupati.
Najib menambahkan, peta desa ini sangat penting sebagai kelengkapan dan kesiapan data awal yang sangat dibutuhkan untuk perencanaan dan pembangunan suatu wilayah. ”Semakin cepat batas desa tersebut ditegaskan, maka semakin cepat pembangunan dilaksanakan,” katanya.
Karena itu, peran akademisi untuk pemetaan desa ini menjadi sangat penting. Terlebih lagi, Najib mengatakan, peran Badan Informasi Geospasial sebagai regalutor selalu menggandeng akademisi, agar regulasi dapat berjalan dengan benar berdasarkan pengetahuan yang dimiliki akademisi tersebut.
Sementara, Wakil Rektor IPB Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Drajat Martianto menganggap, Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang ahli dalam bidang pemetaan.
”Kita butuh orang yang qualified, karena itu menurut saya perlu adanya program pemetaan desa di sekolah vokasi IPB untuk mencetak sumber daya manusia yang andal di bidang ini,” tuturnya.
Namun menurut Drajat, banyak proses yang memang harus ditempuh dan diperlukan agar pengadaan program baru ini bisa menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Direktur Program Diploma IPB Bagus Priyo Purwanto menambahkan, rencananya, untuk mendirikan pendidikan vokasi berkelanjutan program pemetaan desa, dapat pula dilakukan melalui pendidikan jarak jauh multikampus.
Menurutnya, pendidikan vokasi berkelanjutan ini memiliki banyak manfaat. Di antaranya peningkatan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi, pengurangan pengangguran, asas pemanfaatan, dan sinergi sarana pendidikan, serta peningkatan devisa untuk tenaga kerja terdidik.
”IPB akan bekerja sama dengan banyak SMK dan SMA, hingga masuk perguruan tinggi dan berbasis kerja dengan sistem pembelajaran konvensional standar IPB.
Untuk kota yang tersambung internet, digunakan streaming melalui studio dari kampus utama, sedangkan untuk daerah terpencil yang tidak punya internet akan digunakan multicast,” beber Bagus.(cr1/c)