BOGOR–RADAR BOGOR,Setelah pedagang memboikot terkait retribusi, kini Pasar Jambu Dua nampak lebih kumuh. Perusahaan Daerah Pasar Pakuan Jaya (PDPPJ) balik memboikot untuk tidak membersihkan puluhan kios Blok A Pasar Jambu Dua itu dari sampah.
Kondisi tersebut memantik kekecewaan pedagang lebih dalam. Niat protes lantaran ingin tempat berdagangnya terhindar dari rendaman air, malah tumpukan sampah yang didapat. Salah seorang pedagang, Agus (42) mengatakan bahwa sudah dua hari tidak ada petugas yang membersihkan sampah di sekitaran kiosnya. Waktunya bersamaan saat pedagang mulai sepakat untuk tidak membayar retribusi pada PDPPJ.
“Sampah udah dua hari gak diambil. Dia (PDPPJ) gak mau ngambil sampah,” keluhnya saat ditemui Radar Bogor, kemarin (9/4).
Padahal, menurut pedagang ikan asin itu, pedagang bukannya menolak untuk bayar retribusi, melainkan pemasukannya berkurang lantaran kiosnya kerap terendam banjir. Hal itu membuat aktivitas jual beli menjadi lumpuh. “Pedagang bukannya gak mau bayar. Cuma kalau banjir kan gak ada yang belanja, untuk bayarnya dari mana,” terangnya.
Agus menjelaskan, air yang merendam kiosnya bukan dari Sungai Ciliwung seperti yang belakangan disebutkan Direktur Utama PDPPJ, Andri Latif. Air tersebut datangnya dari selokan yang seharusnya mengalir ke Sungai Ciliwung, tapi malah balik ke arah kios. Sehingga, ancaman banjir terjadi bukan ketika Sungai Ciliwung meluap, melainkan setiap kali turun hujan.
Ketika dikonfirmasi, Kepala Unit Pasar Jambu Dua, Andrian Hikmatulah, membenarkan bahwa pihak pasar melakukan pembiaran terhadap sampah di kios-kios, yang tidak membayar retribusi. Tapi, menurutnya, pedagang tidak dikenakan beberapa biaya ketika kondisi kiosnya terendam.
“Pada saat banjir tidak dikenakan untuk kebersihan, listrik, keamanan. Kemarin kan enggak, makanya tidak disapu,” ujarnya ketika dikonfirmasi.
Andrian juga membenarkan bahwa air yang masuk ke kios basement Blok A Pasar Jambu Dua bukan air dari Sungai Ciliwung. Air selokan itu tersumbat lantaran ada gorong-gorong yang rusak sejak Agustus 2017. “Gorong-gorong ambrol, memang bukan karena Ciliwung yang meluap,” kata Andrian.
Air selokan yang menyumbat baru terjadi akhir-akhir ini, lantaran gorong-gorong yang ambruk itu kini diperparah dengan timbunan puing-puing. Hingga kini, gorong-gorong itu dibiarkan ambruk. Karena, menurutnya perlu biaya besar untuk melakukan perbaikan. Sehingga, ke depan ia berencana hanya melakukan perbaikan sementara.
“Sementara PDPPJ yang mau benerin, tapi hanya perbaikan,” tukasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, sudah dua minggu terakhir, pasar yang lokasinya berdekatan dengan aliran Sungai Ciliwung itu terendam banjir. Kini, pedagang mengancam enggan membayar retribusi lantaran kecewa pada PDPPJ, karena dianggap tak becus mengelola pasar.(fik/c)