25 radar bogor

Perlunya Digitalisasi Kaulinan Urang Lembur

HUMAS PEMKOT FOR RADAR BOGOR JAGA BUDAYA: Salah satu tarian yang menghibur peserta Workshop Gerak dan Lagu Kaulinan Urang Lembur di gedung Kemuning Gading, kemarin.

BOGOR–RADAR BOGOR, Untuk melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dispar­bud) bersama Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bogor (DK3B) menggelar ”Workshop Gerak dan Lagu Kaulinan Urang Lembur” di gedung Kemuning Gading, kemarin (4/4). Jika tidak dilestarikan budaya ini akan hilang tergerus budaya modern.

Demikian diung­kapkan Plt Wali Kota Bogor Usmar Hariman seusai mem­buka kegiatan tersebut. Work­shop akan berlangsung selama tiga hari (4–6/4).
Usmar menyebutkan, tidak menutup kemungkinan kaulinan urang lembur bisa dibuat menjadi animasi-animasi yang menarik.

Dengan animasi ini diharapkan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. “Melalui ani­masi ini akan muncul inovasi, kreativitas dan teknologi tidak hanya menyajikan yang itu-itu saja,” kata Usmar.

Menurutnya, di Indonesia banyak ahli animasi yang diya­kini mampu membuat animasi permainan. Oleh karena itu, ia meminta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) untuk mencari ahli-ahli animasi dalam berino­vasi membuat animasi kaulinan urang lembur dan masuk di gadget.

Usmar sepakat apabila Kota Bogor menjadi pelopor digitali­sasi kaulinan urang lembur. Jika tidak diupayakan dengan inovasi maka kaulinan urang lembur akan tergerus pesatnya perkembangan teknologi.

Kepala Disparbud Kota Bogor Shahlan Rasyidi menjelaskan, tujuan utama dari kegiatan ini untuk melestarikan dan meng­embangkan seni tradisi­onal di kalangan anak-anak atau generasi muda.

Pihaknya juga ingin mengim­plementasikan UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan Perda Jawa Barat Nomor 15 tahun 2014 tentang Pemeliharaan Kesenian.

“Dengan implementasi ini anak-anak tidak melupakan kearifan lokal sebagai salah satu warisan budaya yang harus dilestarikan,” katanya.

Shahlan menambahkan, pihaknya menargetkan kegiatan ini diikuti 150 peserta. Namun karena beberapa daerah, seperti Sukabumi dan Cianjur ingin mengikuti, maka ditambah menjadi 200 peserta. Peserta merupakan guru-guru perwa­kilan dari TK, SD, SMP dan SMA serta pimpinan sanggar.

Sedangkan untuk narasumber, Shahlan menyebutkan semua­nya dari Institut Seni Bandung, di antaranya Ida Rosida, Rosikin Wk, Sony Windyagiri dan Kos Warnika.(*/ran/a)