25 radar bogor

Aditya Prayoga, Mahasiswa asal Bogor yang Belajar di Jepang

BANGGA: Aditya Prayoga, mahasiswa berprestasi asal Bogor saat berada di Jepang.

Aditya Prayoga merupakan mahasiswa lulusan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) Institut Pertanian Bogor (IPB). Ya, prestasi gemilang pernah ditorehkan pemuda asal Bogor tersebut dengan menjajaki pertukaran pelajar ke Jepang. Pertukaran tersebut dikemas dalam sebuah program yang bernama
ASEAN International Mobility for Students (AIMS). Seperti Apa?

Program AIMS merupakan hasil kerja sama dari beberapa negara ASEAN dan Jepang. Di Indonesia, program ini dikelola dan didanai oleh pemerintah melalui Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Pada kesempatan tersebut, Aditya mendapatkan dukungan finansial secara penuh dari pemerintah untuk kuliah di Jepang. Saat mendengar ada pembukaan program AIMS di Departemen ITP, tanpa berpikir panjang ia langsung mendaftarkan diri di Tokyo University of Agriculture and Technology (TUAT) yang lebih dikenal Tokyo Nokodai.

Mengikuti program tersebut bukan tanpa konsekuensi.Secara otomatis dirinya harus menunda kelulusan di semester 8 hingga semester 10 demi mempertahankan status mahasiswa selama mengikuti program tersebut.

Selama program AIMS di Jepang, terdapat tujuh mahasiswa IPB yang mengikuti perkuliahan di sana. Saat pertama kali tiba di Jepang, ia harus mencoba hidup mandiri dan berada di negara yang bahasanya tidak ia kuasai sama sekali.

Beruntung, ia dan rekan-rekan sejawatnya disambut para buddy, istilah mahasiswa Jepang yang bertugas untuk mendampingi mahasiswa asing selama mengikuti program tersebut.

Meskipun perkuliahan di Tokyo Nokodai berfokus pada ilmu pangan dan pertanian, tak jarang ia mendapatkan kuliah mengenai geografi, kehutanan, pariwisata, dan tentunya budaya dan bahasa Jepang. Di sana ia melakukan beberapa kunjungan fieldtrip (studi lapangan), salah satunya ketika mengunjungi fasilitas sortasi tomat di Kota Yachimata, Prefektur Chiba.

Aditya melihat betapa tinggi­nya dedikasi orang Jepang terha­dap apa yang mereka kerja­kan. Hal itu terlihat dari tingginya standar produk-produk pertanian yang mereka hasilkan. Hampir semua tomat yang dihasilkan dan dipasarkan di Jepang berkualitas sangat baik.

”Banyak sekali keuntungan yang saya dapatkan dari mengikuti program pertukaran ini. Mulai dari pengetahuan mengenai pertanian dan dunia pascapanen, etos kerja, hingga kemampuan berbahasa,” ujar pria yang baru lulus sepekan lalu tersebut.

Selain itu, pertemuan dengan berbagai macam orang dari berbagai negara juga membuka wawasan tentang dunia dan belajar toleransi. ”Program pertukaran ini juga memberikan shocktherapy bagi saya mengenai banyaknya hal yang harus dibenahi di negeri kita tercinta ini,” tukasnya.(*)