25 radar bogor

Mengikuti Aktivitas Majelis Taklim Al-Ishlah

BERSAMA: Para tokoh dan ulama Kota Bogor saat berkumpul dalam Tabligh Akbar yang diselenggarakan Majelis Taklim Al-Ishlah di Cimanggu Lamping.
BERSAMA: Para tokoh dan ulama Kota Bogor saat berkumpul dalam Tabligh Akbar yang diselenggarakan Majelis Taklim Al-Ishlah di Cimanggu Lamping.

Berdiri sejak 2000, Majelis Taklim Al-Ishlah yang didirikan Kiai Zainal Abidin, apik dalam menanggapi isu terkini. Segala permasalahan di masyarakat mampu diayominya dengan perspektif Islam yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Dari mulai perbedaan politik hingga toleransi umat beragama.

Laporan: Muhammad Aprian Romadhoni

Pagi itu cuaca sangat cerah. Seorang lelaki asyik duduk di teras sebuah surau yang tampak asri meskipun di tengah kota. Ya, di Cimanggu Lamping RT 03 RW 01, Kelurahan Kedungwaringin, Kecamatan Tanahsareal, berdiri sebuah majelis taklim di tengah masyarakat perkotaan.

“Islam mengajarkan penuh toleransi dan menyayangi sesama manusia,” ucap pria paruh baya itu membuka pembicaraan, saat ditemui Radar Bogor belum lama ini.

Kiai Zainal, begitu biasa ia disapa, mengatakan bahwa peran ulama sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk menanggapi isu terkini,
terutama dalam menangkal isu negatif dengan perspektif Islam melalui Alquran dan hadis.

“Isu di media sosial disampaikan di majelis, musala dan masjid. Jika berita berpihak pada kepentingan jahat, maka akan berbahaya,” kata salah satu tokoh agama yang ikut dalam deklarasi anti-hoax di Majelis Taklim Al-Ishlah.

Menurut Kiai Zainal, untuk menciptakan Bogor sejuk dan kondusif adalah dengan memperkuat silaturahmi lintas agama. Misalnya, melalui kegiatan yang bisa dikaitkan dengan nilai kebangsaan. Contohnya, kata dia, Tabligh Akbar dan Isra Mikraj yang diadakan beberapa waktu lalu.

“Yang hadir juga dari kalangan lintas agama. Konghucu, pendeta, dan sebagainya. Kehadiran mereka bukan untuk mengikuti melainkan mengambil hikmah kebangsaan,” cetusnya.

Zainal melanjutkan, seba­gaimana dalam hadis Nabi Muhammad, bahwa umat Islam diperintahkan untuk saling menyayangi manusia di bumi. Dengan begitu, akan
disayangi Tuhan.

“Allah akan memberikan rahmat kepada orang (muslimin) yang berbuat baik kepada siapa pun. Ini mencerminkan penuh toleransi,” tuturnya.

Melalui Alquran, sambung kiai, Allah menjelaskan dalam firmannya bahwa telah diciptakan kabilah dan suku bangsa untuk saling mengenal. Menurutnya, jika
dimaknai secara luas ayat tersebut mengingatkan umat muslim untuk saling berbuat baik terhadap sesama.
“Islam di Indonesia menggambarkan rahmatan lil alamin. Karena Allah, harus berbuat baik pada umat agama lain dan berlaku adil. Dan tidak membedakan keadilan pada umat lain,” ucapnya.

Begitu juga toleransi dalam menyikapi politik. Rasul mengajarkan agar umatnya saling menyayangi dengan menghormati perbedaan. Dalam perbedaan politik, para pendukung harus menghargai semuanya dengan baik. Dengan tidak mengganggu dan tetap pada pilihan masing-masing. Usai pemilihan jangan sampai ada permusuhan
karena perbedaan pilihan.

Hal yang sensitif juga adalah perbedaan agama. Kata Zainal, Alquran sudah menegaskan, bagiku agama­ku dan bagimu agama­mu. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah. Namun dengan perbedaan itu, umat Islam tetap harus melindungi agama lain.

“Nabi pun tidak melarang bahkan melindungi umat lain dan rumah ibadahnya. Kalau ada 1.000 rumah ibadah nonmuslim di Bogor, tidak masalah. Tidak akan tertukar, kami ke masjid dan mereka ke rumah ibadahnya. Yang harus diperkuat adalah umat Islamnya,” tandasnya.

Majelis taklim ini bergerak di pendidikan Islam. Mulai dari Taman Pendidikan Alquran (TPA) untuk anak-anak. Juga kelompok pengajian para pemuda, kaum ibu dan bapak-bapak. Yayasan ini juga sedang mengembangkan sekolah berbasis ilmu pesantren.(*/c)