25 radar bogor

Kisah Inspiratif Guruh Supriyo Putro, Owner PutroGroup

SUKSES: Guruh Supriyo Putro sukses menjadi bos properti dengan perusahaan PutroGruop-nya.
SUKSES: Guruh Supriyo Putro sukses menjadi bos properti dengan perusahaan PutroGruop-nya.

BOGOR-RADAR BOGOR, Selepas dari sekolahnya di STM Yadika 7 pada 2006, seperti masyarakat pada umumnya, Guruh mencari lowongan kerja ke sana-sini. Sembari mencari, ia bekerja sebagai penjaga wartel di dekat rumahnya.

”Waktunya tidak terlalu ketat. Jadi, misalkan jaga malam, siangnya masih bisa untuk masuk-masukin lamaran,” jelasnya kepada Radar Bogor, (28/3).

Kemudian setelah men­dapatkan lowongan, Guruh bekerja sebagai tukang parkir di basement salah satu mal di Jakarta pada 2008. Banyak pengalaman yang ia dapat selama masih menjadi tukang parkir.

Meski sudah mendapat pekerjaan, gaya hidup Guruh tak lantas menjadi sejahtera. Dua bulan pertama ia lalui dengan susah payah. Perjalanan dari rumahnya saat itu di Ciomas Kabupaten Bogor, ia tempuh berjalan kaki ke Stasiun Bogor. Kemudian selepas dari kereta, ia kembali berjalan kaki pula ke mal tempat ia bekerja.

”Naik kereta juga nyelinap-nyelinap waktu itu pada tidak bayar, karena belum seperti sekarang,” kenangnya.

Tiga tahun berlalu, membuat Guruh jenuh. Terlebih, pendapatan yang ia hasilkan tidak seberapa dari berprofesi sebagai tukang parkir. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk hengkang dari tempat parkir itu pada awal 2011.

Guruh kemudian melamar ke salah satu perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Saat itu, ia melamar sebagai posisi driver. Hanya, ada sedikit kejadian yang membuatnya terpingkal. Saat diwawancara HRD, ia ditantang untuk mengisi posisi costumer service (CS). Kemudian tantangan itu berhasil ditaklukkan oleh Guruh, sampai ia diterima kerja di posisi CS.

”Jadi, pas melamar waktu itu saya berdua. Ada juga lulusan S-1 katanya mau ngelamar CS. Saya bilang mau ngelamar driver ke dia. Eh tahunya dia satu divisi dengan saya pas kerja,” kata Guruh sembari senyum mengingat-ingat.

Setelah hidup berkecukupan, rupanya, gaji bulanannya masih dianggap kurang jika untuk dipakai hidup berdua dengan wanita yang bakal dinikahinya saat itu.

Terlebih, pada Agustus 2014 ia sempat diultimatum oleh mertuanya untuk segera menikahi anaknya. Karena, saat itu usia perkenalan keduanya sudah cukup lama, yakni enam tahun.

”Saya bilang saja ke dia, Desember ini saya bakal lamar kamu. Padahal, saat itu saya enggak megang uang sama sekali untuk nikah,” ucapnya.

Jelang beberapa hari dari situ, Guruh dimintai tolong oleh temannya untuk menjualkan rumah temannya. Merasa memegang amanah, Guruh langsung mencarikan pembeli dengan memasang iklan sana-sini termasuk di lapak jual-beli online.

Setelah rumah seharga Rp380 juta itu laku dijual, Guruh menda­patkan komisi 2,5 persen atau sebesar Rp7,5 juta. Ia tak me­nyangka jika komisinya akan sebesar itu. Dari situ ia menganggap bisnis properti sangat berpotensi untuk dijalankan.

Hari berikutnya, Guruh ber­sama temannya kerap keliling kom­­pleks di Kota Bogor hanya untuk mencari rumah-rumah yang dipasangi plang ’dijual’. Jika menemukannya, Guruh ke­­mudian menawarkan diri sebagai jasa mencarikan pembeli.

”Banyak juga yang nolak, karena kan kalau setuju dia harus ngeluarin komisi. Di situ yang kebanyakan orang enggak mau,” bebernya.

Merasa dunianya sudah teralih­kan pada bisnis properti, Guruh kemudian resign dari tempat kerjanya. Kemudian ia mem­bangun bisnis properti sendiri bernama PT Putro Sukes Jaya atau biasa disebut PutroGroup.

Melalui pembangunan beberapa perumahan yang sudah ia dirikan di wilayah Bogor dan Depok, kini ia sudah bisa menggaji karyawan­nya dengan nominal puluhan juta per bulannya.(*)