25 radar bogor

SMAIT Plus BBS Gagas Kelas Entrepreneurship

HASIL KARYA: Salah seorang siswa SMA IT Plus BBS sedang memamerkan salah satu hasil karyanya kepada tamu dari UNESCO, kemarin (27/3)

DRAMAGARADAR BOGOR, SMAIT Plus Bina Bangsa Sejahtera (BBS) terlibat aktif dalam salah satu program  Association School Project Network (ASPnet) yang digagas UNESCO. Program yang meng­integrasikan pendidikan karak­ter dalam setiap pem­bela­jarannya, menuntut sekolah un­tuk aktif bergerak dalam bidang kultur, kebudayaan, pe­ndidikan, sosial, dan lingkungan.

”Sekolah yang ingin bergabung dalam ASPnet ini harus aktif dan memiliki program poin yang ingin dicapai UNESCO,” ujar Koordinator Nasional ASPnet Hasnah Gasim saat ditemui dalam kegiatan ASPnet Teacher Training Workshop on Inter­cultural Dialogue Global Generatio di SMAIT Plus BBS, Selasa (27/3).

Hasnah menjelaskan, SMA BBS memang terkenal sangat aktif di bidang lingkungannya, terlebih siswa melakukan praktik langsung dalam melestarikan lingkungan.

”Kami juga lebih menanamkan nilai-nilai karakter yang dimilki anak-anak,” beber Hasnah.

Sementara, Kepala SMAIT Plus BBS Edy Sukmara menjelaskan, dengan mengikuti program tersebut, banyak  ide atau gagasan yang dapat dikembangkan di sekolah untuk pengembangan karakter anak.

”Kami juga sering sharing kepada sekolah-sekolah lainnya di dunia yang tergabung dalam ASPnet ini,” terangnya.

Edy menjelaskan, SMA BBS tersebut fokus pada poin ling­­kungan, akhirnya terpikir untuk menanam banyak pohon di sekolah untuk mengurangi po­lusi, emisi karbon yang menye­babkan efek rumah kaca. ”Jadi kami banyak menanam pohon jambu kristal,” katanya.

Tak hanya itu, pihaknya beker­jasama dengan salah satu orang tua siswa yang merupakan konsultan pertanian.  Dengan begitu, siswa diajarkan cara mena­­nam, mulai dari mem­­persiapkan bibit, media tanam­nya, hingga membuat zat penyubur tanaman.

”Untuk zat penyuburnya, siswa diajarkan cara pembuatannya dari bahan-bahan organik, seperti tulang dan cangkang udang,” kata Edy.

Saat ini, tidak hanya menanam melainkan sudah menjual hasil buah, bibit, dan zat penyubur tanamannya.

”Jadi selain ada teori dan praktik, siswa juga mendapatkan keterampilan kewirausahaan. Keterampilan kewirausahaan itu saat ini sudah diajarkan kepada siswa melalui kelas entrepreneurship yang baru dalam tahap rencana,” bebernya.

Menurutnya, baru 30 siswa yang diajarkan sebagai model percontohan. Setiap minggunya siswa men­dapat­kan­ ­pengajaran tentang ke­wi­ra­­usahan. Edy menambahkan, nilai-nilai dalam kewirausahaan dapat mengajarkan siswa tentang tanggung jawab.

”Karena kewirausahaan kami juga berbasis pertanian, sekaligus menanamkan nilai cinta juga dengan lingkungan,” katanya.

Dalam mengembangkan hasil pertaniannya, siswa juga bekerja sama dengan petani untuk menjual hasil panennya.

”Jadi siswa ingin memutus mata rantai penjualan hasil tanam petani kepada tengkulak,” bebernya.

Edy menambahkan, seperti kangkung, seikatnya jika dijual kepada tengkulak hanya dibayar Rp500 rupiah, sehingga keuntungan petani sangat kecil.

”Siswa SMAIT Plus BBS membeli kangkung dari petani dengan harga Rp1.000 rupiah dan dijual dengan harga Rp2.000 rupiah,” jelasnya.

Edy berharap, nilai-nilai kewirausahaan yang didapatkan siswa tersebut dapat menjadi bekal masa depannya.

”Jadi dari nilai-nilai tersebut bisa juga mereka terapkan dalam dunia kerja baik di kantor, terlebih jika mereka memang ingin melanjutkan menjadi wirausaha,” tukasnya. (cr1/c)