25 radar bogor

Kardus jadi Material Alternatif Furnitur Kekinian

SERBADUS: CEO Dusdukduk Arif Susanto (kanan) duduk di perabot berbahan kardus saat wawancara dengan Jawa Pos.

DI tangan Dusdukduk dan Furnigami, kardus bisa ”naik pangkat”. Ia disulap menjadi aksesori hingga perabot rumah. Ketahanannya pun tidak bisa disepelekan. ”Perabot kardus bisa tahan lama jika dirawat dengan baik. Garapan kami tahun 2014 awet sampai sekarang,” ungkap CEO Dusdukduk Arif Susanto.

Kursi dan meja andalan yang kerap dipajang saat pameran pun masih terlihat oke. Dia menjelaskan, ide furnitur kardus berawal dari tugas kuliah di Jurusan Desain Produk Industri ITS. Yakni, merancang furnitur dan permainan kuda-kudaan untuk anak serta membuat rak dari kardus. Pada 2013, Arif, Chief Marketing Manager Dusdukduk Angger Diri Wiranata, serta dua kawan lainnya mulai memproduksi furnitur kardus. Waktu itu, dia masih memanfaatkan kardus bekas barang elektronik dan
rokok. Ketebalannya cuma 4 mm.

Seiring berkembangnya perusahaan tersebut, pria kelahiran Jombang, 3 Mei 1991, tersebut bekerja sama dengan pabrik kertas. Kualitas bahan pun naik. ”Tebalnya dobel. Kalau kardus bekas dulu grade-nya A’–AB’, sekarang naik jadi AAH,” imbuhnya.

Kardus dengan kualitas tinggi tersebut punya kelebihan. Yakni, lebih keras dan tidak mudah penyok ketika dipotong. ”Produknya bahkan bisa menahan beban lebih berat. Kuat, tapi tetap ringan karena bahannya kardus,” papar Arif.

Dia mencontohkan, stool atau kursi tanpa sandaran bisa menahan bobot sampai 300 kg. Berat kursi tanpa beban kurang dari 5 kg. ”Bagian yang paling rumit justru ada di tahap pengonsepan. Desain dan konstruksi harus pas supaya bisa dirangkai dan berfungsi,” tegasnya.

Untuk menemukan pola yang tepat, dia membutuhkan beberapa kali percobaan, baik dengan material kertas maupun kardus. Hal serupa diungkapkan pemilik Furnigami Eko Joko Wibowo. Tahap desain pola awal harus presisi agar hasilnya ”jadi” dan desain bisa menjadi panduan untuk produk selanjutnya. Eko mencontohkan pembuatan pola partisi atau penyekat ruangan.

”Setelah sketsa jadi, kami buat untuk mal. Nah, mal inilah yang bakal dicetak agar modul atau bagian-bagian partisi seragam,” paparnya.

Setelah itu, untuk satu partisi setinggi 1,75 meter, Eko membutuhkan hampir 200 modul, bergantung pada panjang yang diinginkan pemesan. Untuk partisi, tinggi maksimal 2 meter. Eko maupun Arif menyatakan, perabot kardus amat jarang menggunakan lem. Sebab, pemasangannya mirip puzzle. Hanya perlu melipat dan memasangkan sambungan sesuai bagiannya. Kalau tidak dipakai, tinggal lipat, lalu simpan.(fam/c6/nda)