BOGOR–RADAR BOGOR, Yayasan Coklat Indonesia bekerja sama dengan SD dan TK Islam Azzuhra menggelar seminar parenting bertajuk Dampak Teknologi Digital dan Pencemaran Lingkungan terhadap Tumbuh Kembanga Anak. Kegiatan tersebut dilakukan di gedung SD Islam Azzuhra, Sabtu (24/3). Sedikitnya, 300 orang tua wali murid TK dan SD serta orang tua calon siswa SD dan TK islam Azzuhra menghadiri kegiatan seminar tersebut.
Kegiatan seminar ini menghadirkan dua pembicara, yakni Direktur Bahan Berbahaya Beracun Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Qurie Purnamasari dan Kandidat Doktor Pemikiran Pendidikan Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhamad Azhar Alwahid. Sedangkan moderator acara, Muhammad Jafar Anwar.
“Bahan berbahaya dan beracun (B3) ini sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujar Qurie Purnamasari kepada Radar Bogor dalam press release yang diterima Radar Bogor.
Untuk itu, penggunaan bahan berbahaya tersebut harus dikurangi. Misalnya cat yang digunakan pada tembok dan perlengkapan sekolah harus aman dari bahan-bahan tersebut. Selain itu, penggunaan bahan plastik juga harus mulai dikurangi.
”Terutama plastik yang digunakan untuk media pembelajaran anak maupun perlengkapan lainnya,” paparnya.
Qurie juga mengimbau agar pendidikan memilah sampah harus diajarkan sejak dini kepada anak-anak melalui penyediaan tong sampah organik dan anorganik.
Sementara itu, kandidat Doktor Pemikiran Pendidikan Islam Syarif Hidayatullah Jakarta, Muhamad Azhar Alwahid lebih menekankan dampak teknologi digital terhadap tumbuh kembang anak. Di era teknologi digital, selain memiliki dampak positif, juga memiliki dampak negatif terhadap anak-anak, di antaranya kecanduan game online dan pornografi. Antisipasinya, Muhamad memaparkan, harus ada kerja sama antara orang tua, sekolah dan lingkungan masyarakat dalam mendidik anak.
Selanjutnya di jelaskan, dalam situs sahabat keluarga Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan dampak negatif dari teknologi digital pada anak pertama, anak tumbuh menjadi pribadi yang egois dan sulit bergaul, perkembangan otak anak tidak seimbang, kesulitan mengenali emosi, perkembangan bahasa pada anak dapat tertunda, aktivitas fisik anak berkurang, terlalu banyak bermain di perangkat digital, sering menahan lapar, haus, dan keinginan buang air yang dapat mengganggu sistem pencernaan. Acara tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab tentang materi yang telah disajikan.
Terpisah, Moderator Muhammad Jafar Anwar menyampaikan bahwa solusi terbaik adalah pendidikan agama, baik yang diajarkan di sekolah maupun di rumah oleh orang tua mereka.(ded/*)