25 radar bogor

Warga Miskin Tinggal 487 Ribu Jiwa Lagi

DINILAI: Bupati Bogor Nurhayanti membeberkan kesuksesan pembangunan saat menyambut Tim Penilai Tahap II Penghargaan Pembangunan Daerah 2018 di ruang serbaguna I, kemarin.

CIBINONG–RADAR BOGOR, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor masih berkutat pada masa­lah kemiskinan. Di penghujung akhir jabatan sebagai bupa­ti, Nurhayati masih fokus un­tuk meningkatkan kesejah­te­raan sosial. 

Data yang diperoleh Radar Bogor, dari 5,6 juta penduduk Kabupaten Bogor hingga 2017, jumlah penduduk miskin ter­sisa 487 ribu jiwa, atau 8,57 per­sen. Angka ini menurun dari 2016, yakni sebesar 490 ribu jiwa, atau 8,83 persen. 

Menurut Kabid Kesos pada Bappedalitbang Kabupaten Bogor, Emy Sriwahyuni, angka kemiskinan di Bumi Tegar Beriman memang menurun tiap tahunnya. Selain mengan­dalkan APBD, pihaknya juga bersinergi dengan perusahaan swasta agar mau meng­gelon­torkan CSR untuk turut me­ngentaskan kemiskinan. 

“Kami sudah audiensi dengan Bazis, karena sasarannya orang miskin juga. Kalau semua ber­sinergi, insyaallah target men­jadi 8 persen bisa tercapai akhir tahun ini,” papar Emy.

Diakuinya, kemiskinan di Kabupaten Bogor tidak ha­­nya dipengaruhi oleh faktor in­ter­nal saja, melainkan juga fakt­or eksternal. Seperti pemerin­tah pusat yang menaik­kan harga BBM, di sisi lain pen­dapatan masyarakatnya jalan di tempat.

“Juga, pencabutan subsidi seperti listrik. Jadi menurut saya, kita sudah mati-matian mengentaskan kemiskinan ini,” paparnya. 

Sementara itu, Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Bogor, Wasto Sumarno mengatakan, pengentasan kemiskinan harus menjadi agenda utama para pemangku kepentingan. Selain itu, Pemkab Bogor sudah memiliki Perda Kesejahteraan Sosial (PKS) , yang di dalamnya sudah tertera bagaimana cara mengentaskan kemiskinan. 

“Termasuk memberikan ja­mi­nan sosial, asuransi, kemu­­dian bantuan berkelan­jutan, pem­berdayaan individu dan keluar­ga miskin, lalu imple­mentasi­­kan PKS, itu sudah memuat for­mulanya,” paparnya. 

Kemudian yang selanjutnya, bagaimana membangun infrastruktur yang bagus. Karena infrastruktur yang memadai, maka aksesibilitas lebih mudah, mobilitas pun akan tinggi.

“Mobilitas ekonomi desa ke kota, kota ke desa, antarkota, baik pinggiran maupun tengah, jika aksesibilitas baik, mobili­tas ekonomi akan semakin sehat. Karena itu, insyaallah, pening­katan daya beli akan mening­kat sehingga pemberda­yaan umkm itu juga harus ditingkatkan,” paparnya. 

Menurut Wasto, jika kemis­kinan sedikit banyak dipenga­ruhi kebijakan pemerintah pusat, tentunya hal tersebut menjadi tanggung jawab pemerintah pusat.

“Jika pemerintah pusat mau menyampaikan kebijakan yang menyentuh hajat hidup orang banyak, harus diberi tahu agar tidak kaget, tiba-tiba serba mahal, serba naik,” tuturnya.

Dengan begitu, sambung dia, Pemkab Bogor bisa mengan­tisipasi.

“Nah, ini tentu saja aspirasi kepada DPR dan pemerintah pusat. Harus ada perencanaan matang dan informasikan ke publik, jangan tiba-tiba menaikkan,” tukas Wasto.(wil/c)