25 radar bogor

Perbanyak Resapan Air

BEBERSIH: Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bogor Elia Buntang bersama petugas kebersihan dan warga membersihkan sampah yang menumpuk di saluran air.

BOGOR-RADAR BOGOR,Kondisi alam Bogor yang sudah tak bersahabat, tidak bisa dimungkiri lagi. Termasuk oleh Kepala Dinas Ling­kungan Hidup (DLH) Kota Bogor, Elia Buntang. Ia menyarankan agar masyarakat Bogor­ memperbanyak sumur resapan.

“Harus memperbanyak membuat lubang biopori, sumur resapan, dan penanaman pohon,” ujar Elia kepada Radar Bogor, kemarin (22/3).

Selain itu, dia berharap masyarakat Bogor berinisiatif membuat sumur resapan. Sehingga, air hujan yang turun bisa langsung terserap ke tanah. Kemudian, ruang terbuka hijau (RTH) yang ditarget 30 persen seperti tertera dalam Perda Kota Bogor, menurut Elia, harus diberlakukan secara konsisten.

Jika tidak pandai menjaga alam, tentu bencana ancamannya. Selain dapat berpotensi menimbulkan bencana banjir, masyarakat juga terancam dilanda bencana krisis air bersih.

“Jadi, seharusnya daerah resapan air harus diperbanyak. Sehingga tangkapan airnya semakin banyak,” kata Elia.

Di tempat terpisah, Wakil Ketua DPRD Kota Bogor, Heri Cahyono, menjelaskan bahwa jumlah air di permukaan bumi memang tidak pernah berkurang. Namun, menurutnya, paling penting adalah kualitas dari air itu sendiri. Jika manusia abai terhadap lingkungan, kualitas airnya juga akan menurun.

“Ada air laut, ada air es di kutub, ada juga air tawar. Nah, air tawar inilah yang dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan hidupnya,” papar Heri.

Pria yang juga inisiator Komunitas Gerakan Tanam Pohon (GTP) ini mengatakan bahwa tidak semua air tawar bisa dimanfaatkan. Sebab, banyak air tanah khususnya yang sudah tercemar bahan berbahaya, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.

Maka, menurutnya, manusia perlu menghemat penggunaan air mengingat jumlahnya yang terbatas. Jika memang sulit berhemat, ia mengimbau agar masyarakat bersama-sama memperbaiki lingkungan. “Agar jumlah air tawar yang layak konsumsi bertambah karena adanya proses secara alami,” kata Heri.

Politisi Partai Golkar itu khawatir jika penggunaan air tanah yang hingga kini masih banyak dilakukan oleh masyarakat bisa menghabiskan cadangan air tanah.

Karena jika terus-menerus disedot, bukan hanya menimbulkan krisis air, melainkan juga beberapa bencana alam lainnya.

“Untuk itulah kita harus mengatur secara ketat peng­ambilan air tanah terutama oleh kalangan industri, tetapi Pemkot juga harus serius menegakkan perda jika aturannya sudah jelas,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, kondisi air di Bogor semakin memprihatinkan. Terlebih, masih banyak warga terutama di pemukiman padat dan pinggir sungai yang mengonsumsi air tanah.

Kasi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Farida menjelaskan, secara mikrobiologi, sebanyak 25 persen air tanah telah tercemar kuman e-Coli.

Kondisi tersebut bukan tanpa sebab. Menurutnya, air tanah yang terkontaminasi kuman itu biasanya berasal dari sumur yang tidak memenuhi syarat. Di antaranya, sambung dia, bagian dinding sumurnya tidak diplester, tidak ditutup atau letaknya berdekatan dengan septic tank.

Meski sudah terkontaminasi kuman E-Coli, kata dia, cara mengurangi pencemarannya ialah merebus air hingga matang.

“Yang masalah, kalau air yang diminum mentah,” terangnya kepada Radar Bogor. (fik/d)