25 radar bogor

Buru Bos Bandar Sabu Cileungsi

ilustrasi pemakai sabu

CILEUNGSI–RADAR BOGOR,Kawasan satelit Cileungsi menjadi salah satu pasar peredaran narkotika di Kabupaten Bogor. Berdeka­tan dengan Jakarta, Depok, dan Bekasi menjadikan Cileu­ngsi ladang empuk bagi para bandar narko­tika. Hal ini terbukti dari tetang­kapnya ADP (29), bandar sabu Cileu­ngsi, beberapa waktu lalu.

Kasat Narkoba Polres Bogor AKP Andri Alam mengatakan, yang tertangkap di Kecamatan Cileungsi merupakan salah satu bandar narkotika. Saat ini, unit narkoba Polres Bogor terus mengembangkan kasus penangkapan bandar sabu tersebut dan memburu bos dari ADP. “Kami masih melaku­kan penyelidikan lebih lanjut. Pelaku memang diketahui lihai bersembunyi,” ujarnya.

Untuk diketahui, Bogor menduduki peringkat kedua sebagai daerah dengan peng­guna narkoba tertinggi di Jawa Barat. Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Bogor mengungkap jika pengguna barang haram itu tidak kurang dari 200 ribu jiwa. Kepala BNNK Bogor, Nugraha Setia Budhi mengungkapkan, jumlah itu tidak banyak beru­bah sejak 2014 lalu. Sementara Bandung masih menjadi daerah dengan pengguna narkoba tertinggi di Jawa Barat.

Menurutnya, dari sebanyak 34 juta penduduk Jawa Barat, sekitar 2,4 persen di antaranya atau 800 ribu jiwa terdeteksi positif menggunakan narkoba. Menurutnya, sejak 2014, pengguna narkoba di Bogor cenderung meningkat.

“Kebanyakan yang terlibat itu pelajar dan mahasiswa. Kesu­litan lainnya, karena kebanya­kan keluarga malu untuk melapor­kan jika ada anaknya terlibat narkoba. Jadi, kami imbau mereka untuk melapor­kan saja ke BNN, supaya bisa direha­bilitasi,” kata Budhi.

Dia menjelaskan, BNN memiliki program pemuda anti-narkotika. Program ini menyasar pada masyarakat usia produktif, yakni 13-50 tahun. “Karena di lapangan memang usia-usia segitu yang jadi pengguna. Di Bogor saja, ada 2,5 persen pengguna narkoba dari sekitar 7 juta penduduk,” ungkapnya.

Bahkan, kata dia, peredaran sabu saja di Bogor bisa mencapai 1 kilogram per hari dengan nilai transaksi lebih dari Rp1,5 miliar.

“Bogor mema­ng mengkhawatirkan. Karena penggunanya ada di seluruh segmen. Tidak terke­cuali pelajar,” tukasnya.(all/b)