25 radar bogor

Dini Sita Oktaviani, Duta Sampah Kota Bogor

MOTIVASI: Dini Sita Oktaviani alias Fani membuat sampah lebih bernilai dan memiliki manfaat. Salah satunya seperti yang ia kenakan.

Orang yang bergelut dengan sampah tak selalu harus dijuluki pemulung. Buktinya, wanita muda asal Rangga Mekar, Kecamatan Bogor Selatan, ini kesehariannya selalu dekat dengan sampah. Lantas, apa yang membuat wanita berdarah Sunda ini layak dijuluki Duta Sampah dari Kota Bogor?

Dini Sita Oktaviani, atau lebih akrab dipanggil Fani ini memilih bekerja dengan sampah dan masyarakat. Padahal, gadis kelahiran 6 Oktober 1996 ini masih terbilang produktif. Fani selalu menghabiskan waktu untuk mengelola sampah dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sampah.

Kepada Radar Bogor, Fani menceritakan aktivitasnya sehari-hari. ”Bangun tidur saya beres-beres rumah seperti biasa. Kemudian pukul 09.00 WIB, saya sudah tiba di Bank Sampah Rangga Mekar. Di sana saya mengelola bank sampah bersama teman-teman Rangga Mekar,” ujarnya.

”Saya sering roadshow bersama teman-teman ke berbagai tempat seperti sekolah, instansi, kantor, kampus, kampung-kampung. Di sana saya memberikan edukasi bagaimana mengelola sampah. Di Bank Sampah Rangga Mekar juga ada Rumah Kreasi Sampah. Kami berkreasi dengan berbagai jenis sampah,” ujarnya.

Ia membeberkan segudang alasan kenapa bahagia mengurus sampah. Ternyata, kata Fani, sampah itu bisa bernilai dan saat didaur ulang, sampah bisa jadi uang. Hanya saja, banyak masyarakat yang tidak tahu soal sampah.

”Jadi suka sedih ketika kami menganggap sampah emas, lalu mereka buang emas itu ke sungai atau selokan,” katanya.

Tantangan terberat menge­lola sampah bagi Fani hanya satu, harus sabar mengedukasi masyarakat untuk memilah, memilih, kemudian mengolah dan menabungkannya ke bank sampah yang tengah ia asuh. ”Banyak lho yang masih belum bisa membedakan mana sampah organik dan non-organik. Karena jenis sampah itu macam-macam. Dari plastik saja, sudah ada puluhan jenis. Itu harus kami edukasi perlahan-lahan,” katanya.

Ketika ditanya, kenapa tidak memilih karier lain yang lebih menjanjikan, Fani bergeming.

”Ini sudah menjadi panggilan jiwa buat saya. Kalau semua sibuk ke karier, nanti siapa yang mau turun mengurus sampah? Saya tidak malu kok. Malah saya bangga bergelut setiap hari dengan sampah,” ungkap Fani usai menghadiri acara HPSN.

Masyarakat banyak melihat Fani sebagai sosok yang edukatif terhadap sampah, sehingga ia dinilai sebagai duta wanita sampah. ”Saya bangga dengan julukan itu. Intinya saya hanya ingin mengabarkan, sampah itu emas. Sayang kalau dibuang-buang,” ungkapnya.

Wanita berusia 21 tahun itu berpesan kepada seluruh generasi muda agar berperilaku pandai. ”Pandai itu akronim dari pilah sampah, ambil sampah, nabung sampah, daur ulang sampah, agar indah lingkungan kita,” pungkasnya.(azi/c)