BOGOR–RADAR BOGOR,Tak selamanya inovasi disambut positif masyarakat. Seperti halnya rencana Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) memberlakukan pendidikan jarak jauh (PJJ) di 400 kampus di Indonesia. Beberapa kalangan menganggap pemberlakuan tersebut sebagai hal yang biasa.
Ketua Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor, Apendi Arsyad, menjelaskan bahwa metode perkuliahan secara daring tidak lebih berkualitas dari perkuliahan secara konvensional. “Untuk proses pendidikan yang bermutu tetap kampus,” ujarnya kepada Radar Bogor, kemarin (9/3).
Menurutnya, proses belajar mengajar bukan hanya perkara menyampaikan ilmu. Melainkan ada hal-hal lain yang juga bisa dijadikan sebagai pelajaran, seperti halnya interaksi dengan dosen maupun mahasiswa lain.
“Atmosfernya justru ada di kampus, antara dosen dangan mahasiswa. Sehingga transfer ilmu itu berjalan secara normal,” terangnya.
Untuk itu, PJJ dianggap hanya sebagai jalur pendidikan alternatif. Yaitu diperuntukkan bagi mereka yang terbentur jarak dan waktu untuk mengakses tempat kuliah secara langsung. “Itu hanya sifatnya emergency. Untuk mereka yang tidak terfasilitasi dengan kampus,” kata Apendi.
Meski begitu, ia tetap mengapresiasi rencana pemerintah. Sebab, upaya tersebut cocok untuk menyamaratakan pendidikan di seluruh negeri. Artinya, tidak perlu menunggu didirikannya tempat perkuliahan di setiap daerah.
“Untuk mereka yang bekerja di luar kota, dalam rangka mendorong ilmu pengetahuan mereka. Tapi untuk kualitas tetap kalah dengan yang belajar di kampus,” tuturnya.
Di sisi lain, kalangan mahasiswa juga tidak terlalu menyambut secara antusisas rencana baru pemerintah tersebut. Sebagian justru menganggap kuliah konvensional lebih mengasyikkan.
Mahasiswa Universitas Pakuan, Rian Anggra Putra (24) mengaku lebih pilih berkuliah secara konvensional. Selain memang sebagai mahasiswa utuh, Rian juga lebih senang bergaul dengan cara bergabung dengan rekan lainnya usai kuliah.
“Kurang enak kalau online. Justru kebersamaan lebih terasa kalau kuliah secara langsung, jadi punya banyak teman,” kata Rian.
Mahasiswa Universitas Pakuan lainnya, Reynaldi Andrian Pamungkas (24), lebih memilih kuliah konvensional meski dirinya berkuliah sambil kerja. Sebab, jam kerjanya tidak menghabiskan waktu banyak, sehingga masih bisa dibagi dengan kuliah.
“Saya kuliah kerja juga. Tapi, kalaupun di kampus ada PJJ saya lebih pilih yang biasa, karena jamnya masih cukup dibagi dengan kerja,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, Kemenristekdikti mulai gencar menerapkan pendidikan jarak jauh (PJJ) berbasis daring. Tidak tanggung-tanggung, Kemenristekdikti bakal mendampingi 400 kampus untuk menyelenggarakan PJJ(fik/c)