25 radar bogor

Para Rektor masih Pro-Kontra

Rektor UIKA Bogor, Ending Bahruddin
Rektor UIKA Bogor, Ending Bahruddin

BOGOR–RADAR BOGOR, Penerapan pendidikan jarak jauh (PJJ) berbasis daring, menjadi perhatian serius para rektor. Bahkan, masih ada pro dan kontra. Rektor UIKA Bogor, Ending Bahruddin meng­ungkapkan, terdapat kelebihan dan kelemahan dalam pendidikan berbasis daring dan konvensional.

Ending menyoroti, jika yang dikedepankan adalah lanjutnya strata dan jenjang pendidikan, maka kuliah daring bisa menjadi salah satu opsi.

“Orang-orang zaman now apa-apa kan sudah online, jadi ya tidak salah,” ungkapnya. Namun, kata dia, jika kualitas yang ingin dikedepankan maka kuliah konvensional atau tatap muka menjadi sebuah keharusan.

“Dari beberapa testimoni yang pernah saya lakukan, ternyata untuk segi kualitas pendidikan offline lebih baik. Namun jika yang ingin dikejar adalah jenjang saja, ya tidak mengapa online,” tuturnya.

Ia tidak menafikan, suatu saat seluruh perguruan tinggi harus mulai mempersiapkan sarana dan prasarana untuk membuka fasilitas pendidikan online. Meski demikian, Ending mengaku, saat ini UIKA belum membuka perkuliahan berbasis daring.

“Harus ada persiapannya seperti teknologi yang baik, SDM pengelola yang paham. Terpenting, ada akreditasi yang harus memenuhi syarat,” katanya. Ke depannya, Ending pun tetap akan mempersiapkan pendidikan berbasis daring di UIKA.

Saat ditanya, lebih baik mana antara kedua ini? Ending tetap mengunggulkan pendidikan kuliah secara offline. ‘

“Dengan offline, kualitas perserta didik dapat terbentuk. Terutama karakter yang diberikan dari seorang dosen kepada mahasiswanya,” tegasnya.

Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI), Prof Asep Saefudin, menilai jika e-learning secara umum sudah bagus. Untuk memanfaatkan kemudahan berbagai akses teknologi di era digital ini, menurut dia, pola-pola pendidikan konvensional tidak terlalu dapat diandalkan sepenuhnya.

Ia menganggap harus ada terobosan-terobosan dalam dunia pendidikan kampus untuk memberikan kemudahan akses bagi mahasiswa. Asep mengutarakan dua alasan utama yang mendasari mengapa pendidikan jarak jauh atau kuliah online saat ini harus diterapkan di setiap kampus.

“Saat ini bisa disebut generasi milenial, di mana gadget selalu menjadi teman tak terlupakan bagi anak-anak muda. Jadi dengan bantuan alat tersebut, setidaknya kita bisa jadikan itu sarana yang baik untuk belajar. Itu juga bisa mengurangi pemakaian yang tidak bermanfaat dari gadget,” bebernya kepada Radar Bogor.

Alasan kedua, kata dia, terkait efisiensi waktu.

“Zaman sekarang orang sudah banyak yang sibuk dengan karier mereka. Dengan kuliah online ini, setidaknya mereka bisa tetap kuliah,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kuliah online jauh lebih baik daripada harus jual beli ijazah secara ilegal. Pasalnya, zaman sekarang mulai banyak oknum yang menjual dengan kuliah yang fiktif. Dengan kuliah online, hal-hal seperti itu bisa diminimalisasi.

Berdasarkan hal-hal tersebutlah, Asep memberikan rekomendasi kepada setiap perguruan tinggi untuk mulai mempersiapkan diri membuka pendidikan jarak jauh.

“Toh, kalaupun tidak berkenan membuka kuliah online, minimal jangan diremehkan,” katanya tegas.

Lalu, Asep membeberkan dua pola pendidikan berbasis daring, yaitu hybrid learning dan e-learningHybrid learning, menurut Asep, adalah penggabungan pendidikan offline dan online secara bersamaan.

“Umpama ada 10 mata kuliah, nantinya 5 mata kuliah bisa dipelajari secara offline dan 5 sisanya bisa dikaji secara online. Saya lebih dahulukan metode hybrid daripada e-learning,”

Meskipun demikian, sambung dia, jika tiba saatnya nanti dunia mengharuskan segalanya harus e-learning, kampus sudah harus siap. Kesiapan itu, menurut Asep, meliputi sarana dan prasarana pendukung seperti Helper Base yang selalu stand by 24 jam untuk melayani kebutuhan teknis mahasiswa yang memerlukan pertolongan jarak jauh.

Apalagi, saat ini banyak  provider yang siap diajak kerja sama untuk mengembangkan pendidikan berbasis daring,

“Kenapa tidak untuk dimanfaatkan?” ucapnya.

Di kampus yang tengah dipimpinnya saat ini, Asep tengah mencanangkan program pendidikan jarak jauh.

“Insyaallah, di akhir tahun 2018 ini kita akan buka tiga program pendidikan kampus yang dengan metode daring, yaitu Akuntansi, Manajemen, dan Ilmu Hukum. Kita sedang matangkan segala sarana dan prasarananya sekarang,” paparnya.

Rektor Universitas Pakuan, Bibin Rubini menilai, program pendidikan jarak jauh yang digarap Kemenristekdikti sangat baik dan harus diapresiasi. Pendidikan daring, menurutnya, bisa memberikan berbagai akses kemudahan bagi mahasiswa, terutama memanfaatkan teknologi modern untuk kepentingan studi.

Hanya saja, Bibin menyoroti sisi-sisi negatif dari kuliah daring. “Pendidikan online bisa memberikan berbagai akses kemudahan bagi mahasiswa. Minusnya, seorang dosen pun tidak bisa mendidik karakter mahasiswa secara langsung, termasuk memberikan teladan,” tuturnya.

Unpak sendiri, kata Bibin, sudah menjalankan program kuliah online di beberapa mata kuliah. “Kami pernah mendapatkan bantuan dari Dirjen Pendidikan dan Pembelajaran,” katanya. Dengan bantuan tersebut, pemerintah memberikan beberapa bahan ajar untuk memudahkan proses perkuliahan online.(cr3/d)