25 radar bogor

Cegah Rock Melon Masuk ke Bogor

ilustrasi buah melon
ilustrasi buah melon

BOGOR–RADAR BOGOR,Buah rock melon (canta­­loupe) telah memakan korban jiwa. Hal ini menjadi sinyal darurat bagi pemerintah untuk segera melakukan tindakan antisipatif, meski belum ada importasi secara langsung ke Indonesia.

Badan Karantina Pertanian (Barantan) pun bergerak cepat menyikapi pemberitaan berita internasional terkait kematian tiga warga di Australia setelah mengonsumsi buah rock melon.

Seperti diketahui, rock melon Australia tercemar bakteri listeria monocytogenes. Hal itu dikuatkan dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 207/Kpts/KR.040/3/2018 tentang Penutupan Pemasukan Rock Melon (Cantaloupe) dari Australia.

“Menteri Pertanian memberi atensi khusus terhadap kasus ini, dan sangat peduli untuk mencegah kejadian ini di Indonesia,” ujar Kepala Barantan Banun Harpini kepada Radar Bogor, kemarin (7/3).

Banun mengatakan, penutupan diberlakukan terhadap rock melon sejak Sabtu (3/3). Pengiriman yang dilakukan langsung maupun transit di negara lain dibuktikan dengan Bill of Lading (B/L) atau Airway Bill (AWB) dan Cargo Manifest.

“Tindakan penolakan dan/atau pemusnahan sebagaimana dimak­sud dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang karantina tumbuhan,” terangnya.

Ia mengklaim, rock melon belum pernah masuk ke Indonesia. Sehingga, Kementan mengimbau agar masyarakat tidak perlu panik atau resah.

“Buah melon yang beredar di pasaran saat ini murni buah lokal dari petani Indonesia. Kementan menjamin buah tersebut sehat dan aman untuk dikonsumsi,” tegasnya.

Meski demikian, Kementan akan terus mewaspadai dan melakukan pengawasan terhadap pemasukan buah impor secara intensif. Baik yang melalui bandara, pelabuhan, dan perbatasan negara.

“Petugas karantina akan melakukan penolakan dan pemusnahan di tempat apabila menemukan buah yang masuk dari Singapura dan Malaysia, bahkan laboratorium siap menguji,” ungkapnya.

Dirinya juga meminta kerja sama dan peran serta masyarakat untuk berbagi informasi dan tidak membawa buah tersebut masuk ke wilayah Indonesia, termasuk Bogor. Baik berupa buah utuh maupun potongan buah.

Menurut Banun, bukan tidak mungkin masyarakat di pesisir timur Sumatera berpeluang mengonsumsinya. Sebab, lalu lintas orang ke negeri seberang cukup intens.(gal/d)