25 radar bogor

Melati-Isabel Wijsen, Kakak Adik Penggagas Bersih-Bersih Sampah di Bali

PEDULI: Melati (kiri), Elvira (dua kiri) dan Isabel (tiga kiri) saat aksi bersih-bersih terbesar di Bali 25 Februari 2018.

Bali beberapa waktu lalu sempat menjadi perbincangan dunia lantaran penuh sampah. Tak ingin nama ikon pariwisata Indonesia itu tercemar, dua bersaudara Melati dan Isabel Wijsen pun berinisiatif menggalang bersih-bersih sampah di Bali.

JUNEKA SUBAIHUL MUFID, Badung

Wajah Melati Wijsen tampak lelah. Sesekali dia merapikan rambut pirangnya yang terurai. Gadis 17 tahun itu masih bisa tetap tersenyum sambil memu­nguti sampah bersama ratusan ora­ng di Pantai Pererenan, Badung, Bali.

Melati memasukkan sedotan, tutup botol, dan potongan plas­tik yang ditemukan sedikit tertimbun pasir hitam ke dalam sak yang dibawa adiknya, Isabel Wijsen.

Deburan ombak di pantai dengan ciri khas patung Dewa Baruna yang menunggangi Gajah Mina setinggi 12 meter itu menjadi lokasi terakhir pembersihan Minggu sore(25/2) itu. Sejak sekitar pukul 16.00 Wita, tak kurang dari 600 warga bergotong royong memunguti sampah dari masing-masing banjar di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Badung. Tua, muda, anak kecil, laki-laki, dan perempuan bersama-sama membersihkan lingkungan dari sampah.

Menjelang petang, mereka bergerak ke pantai. Turis asing dan lokal yang kebetulan sedang menunggu sunset ikut serta memunguti sampah. Sore itu semua bersatu menyusuri garis Pantai Pererenan sepanjang 3 km yang biasa digunakan berselancar sambil memburu sampah plastik.

Itu bukan bersih-bersih biasa. Tapi, aksi tersebut merupakan bagian dari One Island One Voice yang digagas kakak beradik Melati dan Isabel Wijsen. Lebih dari 100 lokasi dibersihkan dari sampah plastik. Melibatkan hampir 25 ribu relawan.

’’Ya, saya memang lelah, tapi senang,’’ kata Melati, lantas tersenyum kecil.

Sore itu terkumpul sampah yang ditempatkan di empat sak besar yang hampir penuh. Mereka memang hanya mengambil sampah plastik atau nonorganik, sedangkan limbah kayu yang terbawa di pantai hanya dikumpulkan. ’’Karena itu bisa terurai oleh alam,’’ ungkap Melati.

Isabel yang lebih muda dua tahun dari Melati menjelaskan bagaimana mereka memulai aksi bersih-bersih sampah itu. Lima tahun lalu saat Isabel berusia 10 tahun dan Melati 12 tahun, keduanya sudah membuat gerakan Bye Bye Plastic Bags (BBPB).

Mereka terinspirasi pelajaran sekolah tentang tokoh-tokoh dunia berpengaruh. Misalnya, Nelson Mandela, Lady Diana, Mahatma Gandhi, dan Kartini. ”Mereka bisa bikin sesuatu yang bagus untuk dunia. So, saya dan Melati bisa bikin ini di Bali,’’ ujar Isabel.

Nah, mereka pun melihat banyak sampah di sekitar lingkungan tempat tinggal mereka di dekat Pantai Seseh, Desa Cemagi, Kecamatan Mengwi, Badung. Selain itu, mereka mendapati fakta, sekitar 40 negara telah melarang penggunaan kantong plastik.

’’Kalau mereka bisa bikin, kenapa kita tidak bisa?’’ tambah Isabel.

Gerakan BBPB itu kini telah tersebar di berbagai negara. Berdasar data di website resmi, mereka sudah punya tim di Spanyol, Australia, Tiongkok, Meksiko, Malta, Myanmar, Nepal, Amerika Serikat, Selandia Baru, Filipina, Singapura, dan Tanzania. Di Indonesia, ada tim BBPB di Jakarta dan Batam. Fokus utama adalah kampanye tidak menggunakan kantong plastik.

Melati dan Isabel juga sudah berbicara di forum-forum internasional untuk kampanye tentang lingkungan. Di antaranya, Our Ocean Summit di Malta pada 2017, World Ocean Summit di Bali (2017), TEDGlobal di London (2015), Sustainable Innovations Forum di Paris (2015), dan Conference of Youth (COY) 11 serta Conference of the Parties (COP) 21 di Paris (2015).

Sementara itu, gerakan One Island One Voice alias Satu Pulau Satu Suara itu diinisiatori setahun lalu. Pada Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati pada 21 Februari tersebut, mereka membuat gerakan pembersihan sampah di Bali. Kegiatan itu dilakukan pada 19 Februari 2017 dengan melibatkan tak kurang dari 11 ribu orang. Lokasi yang dijangkau mencapai 55 tempat.

’’Dalam enam pekan, kami bekerja sama dengan 21 organisasi di Bali,’’ ujar Melati. Kegiatan serentak tersebut ditujukan untuk semakin menyadarkan publik untuk menghindarkan penggunaan kantong plastik.

Nah, setahun berlalu, ternyata banyak orang yang ketagihan untuk mengikuti bersih-bersih serentak di Pulau Dewata. Banyak yang bertanya kepada Isabel dan Melati kapan lagi ada acara bersih-bersih terebut.

Akhirnya diputuskan, pembersihan sampah itu dilakukan pada 24-25 Februari. ’’Karena itu hari libur sekolah. Jadi, anak-anak seperti kami ini bisa ikut,’’ ungkap Melati yang duduk di kelas III Green School Bali, sedangkan Isabel di kelas I di sekolah yang sama.

Ide utamanya, aksi bersih-bersih bertajuk One Island One Voice itu harus lebih besar daripada sebelumnya agar yang turut serta lebih banyak. Saat tersiar kabar aksi tersebut akan kembali digelar, banyak sekali yang menghubugi mereka berdua dan tim. ’’Ada yang menelepon dan siap menjadi koordinator di satu titik lokasi. Semua volunter. Bukan hanya warga lokal, turis mancanegara juga ikut serta,’’ ungkapnya.

Bahkan, artis Hamish Daud dan drumer Superman Is Dead (SID) Jerinx pun turut serta dalam aksi itu di Bali pada Sabtu (24/2). Melati menuturkan, dirinya kenal Hamish tahun lalu saat diminta melakukan presentasi dalam World Ocean Summit di Bali. ’’Hamish di sana dan dia mengatakan, saya pasti ikut (One Island One Voice),’’ kata Melati.

Begitu pula Jerinx yang tahu mereka di sekolah. Dia pun menyatakan ingin ikut serta bila ada bersih-bersih sampah lagi. ’’Kami call mereka dan mereka datang dengan biaya sendiri,’’ imbuh dia.

Sekretaris Desa Pererenan I Ketut Gede Sasmita menuturkan, mereka mau terlibat dalam bersih-bersih itu karena melihat manfaatnya. Di desa tersebut sebenarnya sudah ada kelompok Pererenan Bumi Lestari yang juga bergerak dalam bidang lingkungan. Ada pula gerakan Merah Putih Hijau yang salah satu kegiatannya berupa pemilahan sampah organik, anorganik, dan limbang B3.

’’Kami ikut acara ini karena bagian dari merawat kesadaran untuk peduli lingkungan. Kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya harus terus dibina,’’ ujar Sasmita.

Selain itu, nama besar BBPB dan One Island One Voice memang sudah dikenal aktivis lingkungan dan masyarakat Bali. Jadi, mereka pun dengan enteng ikut bekerja sama.

Elvira Wijsen, ibu Melati dan Isabel, menuturkan, dalam kehidu­­pan sehari-hari, dua putrinya itu juga berpegang teguh pada prinsip peduli lingku­ngan. Mereka sangat menghindari penggunaan kantong plastik. Bila beli makanan atau barang di toko, mereka membawa tempat sendiri.

’’Bila tidak membawa, kadang mereka memilih tidak jadi beli,’’ ungkap Elvira yang masih berstatus warga negara Belanda.

Sikap itu tak lepas dari kebiasaan mereka sejak kecil untuk membuang sampah di tempatnya. Selain itu, bila menemukan sampah di jalan, mereka biasa memungutnya. ’’Di rumah, kami punya tempat pemilahan sampah kecil,’’ tambah istri Eko Riyanto tersebut.

Menurut Elvira, Melati bercita-cita menjadi presiden Indonesia. Dengan menjadi presiden, Melati berharap bisa berbuat lebih banyak untuk lingkungan.

’’So, dia bisa bantu most sustainable and green untuk lingkungan,’’ tambah dia. Sementara itu, Isabel ingin menjadi orang yang berkecimpung dalam pertunjukan seni.

Bagi Isabel dan Melati, pembersihan sampah yang dibuang sembarangan tersebut bukan tujuan akhir. Itu hanya bagian dari kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik yang sulit terurai. Yang harus dilakukan banyak orang adalah membuang sampah di tempatnya.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah pemilahan dan daur ulang sampah. ’’Sebab, mau berapa kali kita membersihkan sampah?’’ ujar Melati.(*/c5/oki)