JAKARTA–RADAR BOGOR,Elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto kian melejit. Sementara, Presiden Joko Widodo (Jokowi) semakin dibayang-bayangi Gatot Nurmantyo. Hal itu berdasarkan survei Indonesia Network Elektion Survei (INES).
Survei menuju Pemilu 2019 ini dilakukan pada 15-25 Februari 2018 dengan melibatkan 2.450 responden yang tersebar di 33 provinsi dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error -/+ 1.98%.
Menurut Diriktur Eksekutif INES, H. Sutisna, Joko Widodo hanya dipilih sebanyak 31,2 persen. Sementara Prabowo Subianto 40,2 persen dan nama tokoh lainnya sebanyak 28,6 persen.
Sementara, survei menurut kinerja, sambung Sutisna, Jokowi hanya dipilih sebanyak 26,4 persen. Dan yang mengagetkan, Prabowo Subianto justru dipilih 49,2 persen. Nama Gatot Nurmantyo pun membayangi Jokowi dengan suara 11,9 persen.
”Prabowo kian melejit, sementara Gatot terus membayangi Jokowi,” ujarnya.
Adapun alasan para responden lebih memilih Prabowo Subianto, sambung Sutiana, karena merasa keadaan ekonomi keluarga masyarakat (EKM) hampir 63, 3 persen mengaku susah dan sulit.
Sementara 28,8 persen, lanjutnya, responden mengaku KEKM mereka (pas-pasan) alias tidak ada sisa pendapatan yang bisa ditabung.
”Sisanya sebanyak 4,9 persen menyatakan lebih atau ada peningkatan. Responden juga mengaku kurang puas dengan kinerja Jokowi-JK dari fasilitas kesehatan, tak puas dengan tidak adanya lapangan kerja, kenaikan BBM dan TDL serta perbaikan ekonomi lainnya,” paparnya.
Menurutnya, sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak dan bermartabat juga tidak ditemukan oleh sebagian besar responden. Sedang di sisi lainnya, tekanan akan kenaikan TDL, BBM dan ‘tekanan’ kepada masyarakat untuk membayar pajak semakin mengimpit masyarakat. Sehingga masyarakat harus bersiasat menutupi kebutuhan hidup sehari-harinya.
”Proyek-proyek infrastruktur pemerintahan Jokowi-JK juga tak kunjung membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Di satu sisi masyarakat sangat setuju dengan proyek-proyek ini, tapi di sisi lain masyarakat mengeluhkan karena tak ada imbas langsung terhadap kehidupan mereka. Apalagi masyarakat menyaksikan sendiri akan buruknya kualitas infrastruktur yang dibangun di era Jokowi ini. Hal itu terbukti dengan banyaknya infrastruktur rusak/roboh yang sudah dibuat maupun yang masih dalam proses penyelesaian,” tuturnya.
Dia menambahkan, masyarakat juga tidak puas dengan kinerja Jokowi-JK dalam pemberantasn korupsi. Hal ini ditandai banyaknya kasus OTT oleh KPK selama pemerintahan Jokowi. ”Artinya Jokowi gagal melakukan revolusi mental pejabat negara untuk tidak melakukan korupsi,” kata Sutisna.(aen)