25 radar bogor

Gagas Program Revitalisasi Pesantren

GALANG SUARA: Calon wakil wali kota Bogor Zaenul Mutaqin bersama ulama Bogor.
GALANG SUARA: Calon wakil wali kota Bogor Zaenul Mutaqin bersama ulama Bogor.

BOGOR–RADAR BOGOR,Selain fokus pembangunan infras­truktur di wilayah ping­giran, pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota Bogor Achmad Ru’yat-Zaenul Mutaqin (RZ) juga mencanangkan program revitalisasi pesantren sebagai pusat kajian ilmu pengetahuan.

Komitmen itu diung­kapkan pasangan nomor urut satu tersebut, ketika mendatangi pondok pesantren yang berada di kawasan Kampung Pagentongan Al Falak, Kelurahan Loji. “Saya akan membuat program revitalisasi kobong (tempat tinggal santri, red), karena saya melihat selama ini pondok pe­san­tren yang berada di kampung tidak teper­hatikan,” ujar Zaenul Mu­ta­qin, kemarin (1/3).

Dalam kunjungannya, Zae­nul disambut pendiri Pon­pes Al-Um, KH Tuba­gus Bahrum Zaman, pim­pinan Ponpes Al-Um KH Muhtadin dan Ketua Umum Yayasan Al Falak KH Tubagus Agus Fau­zan. Selain itu, kader PPP tersebut juga berte­mu dengan Syekh Amin Al Zaelani dari Libanon, yang merupakan keturu­nan ke-26 dari Syekh Abdul Qodir Al Zaelani.

Menurut dia, peme­rintah harus memper­hatikan keberadaan santri yang berada di pondok pesantren. Apa­lagi, hampir semua santri yang berada pondok pesantren juga berse­kolah formal di madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA). “Makanya, saya sangat mendorong adanya ban­tuan dana BOS (bantuan operasional sekolah) untuk santri pondok pesantren,” kata politisi PPP ini.

Baginya, pemberian bantu­an untuk revita­lisasi kobong dilakukan agar pondok pesantren yang ada di Kota Bogor mempunyai tempat tinggal yang layak dan sehat. Mekanisme ban­tuan bisa dengan dana hibah yang disalurkan ke pondok pesantren yang ada di Kota Bogor. “Tinggal nanti membuat payung hukum melalui dana hibah dan bansos tersebut,” bebernya.

Dia juga melihat per­kem­bangan pondok pesantren di Kota Bogor saat ini sudah luar biasa. Namun, di sisi lain, jumlah santrinya terus menurun. Sebab, banyak pesantren yang kurang mampu membiayai pe­san­tren.
“Banyak pondok pesan­tren yang menam­pung santri dari kalangan yatim dan duafa. Di sini­lah pemerintah harus mem­per­hatikan pondok pesan­t­ren,” tukasnya.(ded/c)