25 radar bogor

Nurlela Ibrahim Piradita, Pengusaha Perparkiran di Bogor

MINTA DOA : Lela bersama ibunda tercinta, yang selalu rutin mendokan dan memberi petuah untuknya.
MINTA DOA : Lela bersama ibunda tercinta, yang selalu rutin mendokan dan memberi petuah untuknya.

Mental dan keberanian dalam memulai usaha menjadi kunci kesuksesan perempuan kelahiran 3 April 1964 ini. Perjalanannya menjadi seorang bos parkir di Kota dan Kabupaten Bogor bukan tanpa perjuangan. Ratusan kali gagal, membentuknya menjadi pribadi kuat.

BERBEKAL keberanian dan kegigihan, Lela mengawali kariernya sebagai wirausahawan. Meski berdarah biru, Lela tak malu berkeliling kampung sambil berjualan kue basah karya sang ibu. ”Prinsip saya, selama usaha itu halal, akan saya tempuh dan itu yang diajarkan selalu oleh ibu dan ayah,” tukas Lela.

Dari usaha kecil itu, Lela yang saat itu masih belia banyak mengenal masyarakat di lingkungannya. Berbagai fenomena sosial termasuk kemiskinan di sekitarnya, justru menjadi motivasi untuk bangkit dan berperan aktif dalam membantu tetangga.

”Dari muda saya ingin membantu tetangga, nenek jompo, dan yatim. Hanya saja, saat itu saya belum mampu,” tukasnya.

Berharap menjadi orang sukses, Lela mulai banting setir menggeluti manajerial perkantoran, sistem keamanan, hingga pola komunikasi. Tak lupa, setiap hendak keluar rumah selalu meminta doa pada sang ibu. ”Usaha saya pasti tidak akan menuai hasil tanpa doa ibu,” kata Lela.

Kejujuran dan kerja kerasnya dalam bekerja akhirnya membawa Lela dipercaya pemerintah untuk mengelola trayek angkutan umum. ”Saya dulu pegang trayek 02. Para pejabat memercayakan tugas itu ke saya,” ucapnya.

Selanjutnya, bersama teman, Lela membantu CV Hiraya yang terus berkembang hingga menjadi PT. Alhasil, perempuan tersebut kini mencapai puncak kariernya sebagai direktur utama PT Barisan Baraya Hiraya. PT tersebut mengendalikan sejumlah perparkiran di area Kota dan Kabupaten Bogor.
”Intinya adalah kejujuran. Sepahit apa pun itu, saya dan teman terbiasa untuk jujur. Sehingga usaha kami maju,” tuturnya.

Tak Berhenti Mimpi, Minta Petuah Ibu

Bermimpilah, selama mimpi itu gratis. Meski sederhana, kalimat itu yang membuat Lela tak henti-hentinya bermimpi besar. Di antaranya ingin bermanfaat lebih banyak lagi bagi warga Bogor.

Meski sudah mapan, dengan lima unit usaha jasa parkir dan belasan usaha lainnya, tak membuat lela berhenti bermimpi. Tak muluk, dengan sistem kerja yang ia bangun Lela mengaku memiliki obsesi dapat memberikan kontribusi yang lebih besar pada masyarakat.

”Untuk saat ini warga Citeureup yang merasakan. Semoga ke depannya se-Kabupaten Bogor dapat merasakan keberadaan saya,” tukasnya.

Bukan tanpa dasar, ia meyakini mimpi tersebut dapat menjadi kenyataan jika usaha yang saat ini dilakoninya tetap menjadi wasilah kebahagiaan para yatim dan jompo yang tidak mampu. Dengan demikian, tanpa diminta ribuan masyarakat dalam kategori mustad’afiin atau lemah akan bermunajat untuknya.

”Saya yakin doa empat puluh orang itu seperti doa wali. Kalau ribuan yang doa dan semua doa itu dari hamba Allah yang lemah, pasti akan mustajab (terkabul,red),” kata Lela.

Lela menyebut itu sebagai rahasia menggapai mimpi. Selain usaha keras, ia meyakini peran doa orang terdekat seperti orang tua dan doa masyarakat menjadi kunci pamung­kas untuk sukses. Sebagaimana ia dengar langsung dari sang ibu, Raden Hajah Rukoyah.

”Saya rutin ke ibu. Pesan beliau sangat saya pegang teguh walaupun pesan itu selalu berulang disampaikan. Saya maklum karena beliau sudah berumur,” pungkasnya.(azi/c)