25 radar bogor

Tebing Sungai Perlahan Terkikis

BUTUH PENANGANAN: Bantaran Sungai Ciliwung yang longsor pasca banjir bandang pada 5 dan 6 Februari lalu, butuh penanganan khusus.

CIAWI–RADAR BOGOR, Cuaca ekstrem yang melanda kawasan selatan Kabupaten Bogor, membuat sejumlah lokasi di pinggir daerah aliran sungai (DAS) alami longsor.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengairan Wilayah IV Ciawi pada Dinas PUPR Kabupaten Bogor mencatat, ada sepuluh titik longsor yang terbagi di tiga kecamatan, yakni Cisarua, Megamendung, dan Ciawi.

Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur sejak awal Februari, membuat sejumlah tebing yang berada di pinggir aliran sungai perlahan-lahan terkikis.

”Ini merupakan hasil inventarisasi jaringan irigasi maupun lereng-lereng sungai yang longsor, pasca terjadinya hujan 5 dan 6 Februari. Kami meminta data tersebut dari pos curah hujan, khususnya daerah Puncak yaitu Pos Curah Gunung Mas,” urai Kepala UPT Pengairan Wilayah IV Ciawi pada Dinas PUPR Kabupaten Bogor, Eka Sukarna kepada wartawan, kemarin (12/2).

Puncak hujan yang terjadi awal bulan lalu, jelasnya, dianggap yang paling tinggi, tercatat sebanyak 148 milimeter. Kondisi tersebut sudah dikategorikan cuaca yang sangat ekstrem serta hujan yang sangat lebat.

”Tentunya hal itu memengaruhi struktur tanah yang ada di lereng sungai maupun tebingan bukit. Dan ini terjadi juga akibat dari komulatif hujan terus-menerus,” lanjut Eka.

Ketiga kecamatan tersebut memang rawan terjadi longsor. Penanganan yang dilakukan adalah secara permanen akibat adanya lapisan tanah di lereng yang meresap.

”Kalau lewat pemeliharaan tentu tidak akan cukup dana yang tersedia. Sehingga kami usulkan ke Dinas PUPR. Kemudian terhadap lerengan sungai yang mengalami longsor, sudah kami laporkan juga berikut dengan laporan ke Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung dan Cisadane,” jelasnya.

Jika tidak segera diantisipasi, kata dia, akan sangat berbahaya, khususnya di ruas-ruas jalan. ”Penanganan yang kami lakukan saat ini sesuai dengan kewenangan yang ada di saluran irigasi. Kami bersama masyarakat melakukan penanganan semipermanen dengan karung-karung tanah maupun pakai bambu,” pungkasnya.(dka/c)