25 radar bogor

Calon Perseorangan Lebih Berat

Sofyansyah/Radarbogor KONFERENSI PERS: Ketua KPU Kabupaten Bogor Haryanto Surbakti (kiri) kemarin menunjukkan berkas hasil tes kesehatan para calon kepala daerah yang bertarung di Pilbup Bogor 2018.
Sofyansyah/Radarbogor
KONFERENSI PERS: Ketua KPU Kabupaten Bogor Haryanto Surbakti (kiri) kemarin menunjukkan berkas hasil tes kesehatan para calon kepala daerah yang bertarung di Pilbup Bogor 2018.

BOGOR-Siapa pun calon kepala daerah yang maju dalam kontestasi Pilkada 2018, tentunya berharap menang. Empat pasangan bakal calon kepala daerah yang akan maju di Pilwalkot Bogor pun tentunya siap bertarung dengan mengeluarkan strategi pemenangan masing-masing pada kompetisi demokrasi lima tahunan tersebut.

Peneliti senior Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR), Yusfitriadi menilai, masing-masing pasangan yang maju di Pilwalkot Bogor memiliki kelebihan dan kekurangan. Ketua STKIP Muhammadiyah Bogor tersebut melihat jika pasangan Achmad Ru’yat dan Zaenul Mutaqin (ZM) memiliki keunggulan dengan figur nyantri. Terlebih melihat kontur wilayah Kota Bogor masih religius.

Selain itu, kekuatan yang dimiliki pasangan tersebut yakni ada pada organisasi kemasyarakatan. Menurutnya, ZM juga pernah memimpin OKP. ”Banyak atau tidak, tetapi cukup populis,” ujar dia.

Selanjutnya, pasangan Dadang Danubrata dan Sugeng Teguh Santoso (STS). Keduanya, kata dia, bahkan memiliki modal awal yang sangat besar. ”Belum lagi perilaku pemilihnya yang sangat mendukung, karena kota berbeda dengan kabupaten. Mungkin jika disatukan muslim abangan dengan nonmuslim dan muslim tradisional, mereka punya peluang,” tuturnya.

Selain itu, pasangan Dadang-STS juga lebih memperhatikan isu-isu marjinal, plurarisme dan mengangkat isu kebangsaan. ”Itu luar bisa. Tapi di sisi lain ada juga kelemahannya.Selain minim prestasi, sedikit tidak populis,” ujarnya.

Sedangkan bagi calon perseorangan yang maju di Pilwalkot Bogor, Edgar Suratman dan Sefwelly Ginanjar Djoyodiningrat, diakuinya harus bekerja lebih keras.

Terakhir, pasangan Bima Arya-Dedie A Rachim. Menurutnya, Bima memiliki kelebihan dalam pencitraan pemimpin muda yang luar biasa besar. Sekilas mirip Ridwan Kamil, ia membangun tata kota permukaan seperti Lapangan Sempur, taman-taman, pedestrian termasuk maintance terhadap media sosial juga besar. ”IG (Instagram, red) setiap saat, itu (pengikutnya,red) kelompok ngota (Kota Bogor,red), pengguna medsos. Bima Arya juga memiliki banyak ’kaki’, tidak usah dibentuk sudah jalan,” ujarnya.

Jabatannya sebagai wali kota juga berpengaruh besar. Meski banyak kelebihan, bukan berarti tidak memiliki kelemahan. ”Bima seorang akademis di atas rata-rata, kelompok rasional, yang ngota menilai lebih. Yapi Bima sejak awal jadi (wali kota, red) tidak pernah bersinergi dengan aktor politik lokal, sekalipun dengan DPRD. Ia juga lebih mementingkan program eksternal dan meninggalkan basis, kurang dekat dengan ulama dan pesantren,” tukasnya.(ded/c)