25 radar bogor

Gadis Bogor Dieksploitasi Jadi Terapis Plus-plus

CIDUK: Penangkapan pekerja seks komersial berselebung pijat
CIDUK: Penangkapan pekerja seks komersial terselebung panti pijat (dok. Metropolitan)

JAKARTA–Praktik prostitusi menggunakan media sosial kembali terbongkar. Dengan menyewa satu unit apartemen di Tower Jasmine Lantai 15 Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan, sejumlah gadis asal Bogor dipekerjakan sebagai terapis oleh seorang mucikari. Mereka juga melayani permin­taan untuk urusan seks.

NHT (45) yang bertindak sebagai mucikari, gemetar saat polisi menghadirkannya di depan sejumlah wartawan di Mapolres Jakarta Selatan, Kamis (25/1) petang. Dengan terbata-bata, ia menjawab pertanyaan yang diajukan. Sesudahnya, ia lebih banyak tertunduk.

”Saya dulu mantan terapis. Sekarang sudah berumur dan saya rekrut gadis-gadis muda untuk jasa terapis ini. Mereka bekerja di bawah pengawasan saya,” kata NHT.
NHT memiliki sejumlah gadis yang mayoritas berusia muda. Saat ini, setidaknya ada enam gadis asal Bogor yang ia pekerjakan. Modusnya, dengan cara memajang foto syur para terapis plus-plus itu melalui jejaring media sosial atau aplikasi pertemanan berikut nomor kontak yang bisa dihubungi.

Selanjutnya, konsumen menghubungi nomor tersebut dan melakukan tawar-menawar harga. Jika harga sudah cocok, NHT kemudian menjadwalkan pertemuan antara konsumen dan terapis.

”Ada jadwal-jadwalnya karena kan mungkin ada yang sedang halangan (menstruasi) atau bentrok dengan konsumen lain,” imbuhnya.

Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Mardiaz Kusin Dwihananto menerangkan, NHT menamai usaha prostitusinya itu dengan nama Daun Muda. Jaringan ini, menurut kapolres, terbongkar setelah pihaknya mendapatkan laporan dari masyarakat.

”Ada anggota kami yang mencoba menelusuri aduan itu dengan cara melakukan booking untuk memastikan kebenaran adanya transaksi prostitusi pada Jumat dinihari lalu. Dan ternyata memang benar, pelaku mempekerjakan gadis-gadis belia untuk layanan pijat plus,” jelasnya.

Kapolres menyebut, gadis remaja itu berasal dari keluarga tidak mampu dan telah putus sekolah.

”Pelaku mengiming-imingi korban akan mendapatkan penghasilan besar sehingga korban yang dalam keadaan ekonomi memang kurang, terbujuk rayuan itu,” imbuh Kombes Mardiaz.

Kasatreskrim Polres Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Bismo Teguh Prakoso menam­bahkan, pelaku mengaku baru tiga bulan merekrut gadis-gadis untuk usaha prostitusi online miliknya.

Namun, ia mengungkapkan akan mendalami kasus ini lebih dalam untuk membuktikan kebenaran pengakuan tersebut. ”Untuk lokasinya, para terapis bisa melayani di aparteman atau juga bisa membuat janji di luar seperti di hotel,” imbuhnya.(tri)